Jeblok 0,29% Pagi Ini, Rupiah Tak Mampu Ambil Momentum Pelemahan Dolar AS

Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Jeblok 0,29% Pagi Ini, Rupiah Tak Mampu Ambil Momentum Pelemahan Dolar AS

Husen Miftahudin • 27 August 2025 09:38

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Padahal, dolar Amerika Serikat (AS) tengah melemah terhadap enam mata uang utama dunia.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 27 Agustus 2025, rupiah hingga pukul 09.27 WIB berada di level Rp16.345,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 47 poin atau setara 0,29 persen dari Rp16.298,5 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.272 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp16.290 per USD hingga Rp16.340 per USD," jelas Ibrahim.
 

Baca juga: Rupiah Jatuh ke Rp16.298,5 per Dolar AS Sore Ini
 

Konflik di Ukraina jadi sentimen utama


Ibrahim mengungkapkan, rupiah pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh sentimen konflik di Ukraina tetap. Presiden AS Donald Trump telah berusaha memposisikan dirinya sebagai mediator, tetapi pekan lalu memperingatkan ia akan mengenakan sanksi baru terhadap Moskow jika tidak ada kemajuan yang dicapai menuju kesepakatan damai dalam dua minggu. 

Wakil Presiden J.D. Vance mengatakan Rusia telah membuat konsesi yang signifikan, termasuk jaminan keamanan untuk Ukraina, meskipun para diplomat Barat memperingatkan Moskow belum berkomitmen pada kerangka kerja yang mengikat.

Trump telah mengusulkan pertemuan puncak trilateral dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi belum ada tanggal yang ditetapkan.

Sejumlah analis memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin bulan depan. Powell dalam pidatonya di simposium Jackson Hole pekan lalu menegaskan risiko terhadap pasar tenaga kerja AS semakin tinggi, meski inflasi masih menjadi ancaman.

"Kendati demikian, pelaku pasar mulai menyadari peluang pemangkasan suku bunga belum sepenuhnya pasti," papar Ibrahim.

Data ekonomi penting seperti Core PCE pada pekan ini, laporan tenaga kerja (NFP) pekan depan, serta inflasi (CPI) Agustus akan menjadi penentu arah kebijakan The Fed. Situasi ini mendorong aksi lindung nilai atau hedging dan membuat dolar kembali menguat secara luas.

Selain arah kebijakan moneter, pelaku pasar juga mencermati dinamika politik di AS. Presiden Donald Trump kembali melontarkan kritik terhadap Powell dan jajaran The Fed, bahkan dikabarkan mempertimbangkan langkah untuk mengganti Powell. Meski demikian, penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett menyebut proses penggantian membutuhkan waktu berbulan-bulan.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

BI ramal ekonomi Indonesia di 2025 bisa lebih tinggi dari 5,1%


Sementara itu, lanjut Ibrahim, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 dapat menyentuh 5,1 persen, bahkan berpotensi lebih tinggi. Optimisme tersebut didukung oleh kinerja perekonomian kuartal II-2025 yang mencatat pertumbuhan sebesar 5,12 persen year on year (yoy), lebih baik dibandingkan kuartal I-2025 yang tumbuh 4,87 persen.

Membaiknya pertumbuhan ekonomi didukung oleh beberapa faktor, salah satunya  kinerja ekspor yang akan terus membaik, belanja pemerintah yang akan terus ekspansi sehingga mendorong permintaan domestik.

Kemudian, investasi di sejumlah sektor terus meningkat, terutama yang berorientasi pada ekspor. Selain itu, sektor transportasi, pergudangan, serta industri alat pertanian maupun juga investasi di sejumlah proyek strategis juga tetap akan tumbuh.

BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sesuai dengan kapasitas perekonomian nasional sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi dan mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah ke depan di tengah tentu saja ketidakpastian global.

Selain itu, sinergi kebijakan antara pemerintah dan BI akan terus diperkuat untuk menjaga momentum pertumbuhan belanja pemerintah dan BI terus memaksimalkan kombinasi kebijakan moneter, makropudensial, dan sistem pembayaran guna mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga inflasi serta stabilitas nilai tukar rupiah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)