Menguat Tipis di Kamis Pagi, Rupiah Bakal Sukses Bikin Dolar AS 'Remuk' Hari Ini

Ilustrasi mata uang rupiah. Foto: dok MI/Usman Iskandar.

Menguat Tipis di Kamis Pagi, Rupiah Bakal Sukses Bikin Dolar AS 'Remuk' Hari Ini

Husen Miftahudin • 5 June 2025 09:42

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan, menjelang libur panjang Hari Raya Iduladha.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 5 Juni 2025, rupiah pada pukul 09.24 WIB berada di level Rp16.279,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 15 poin atau setara 0,09 persen dari Rp16.294,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.300 per USD.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan menguat.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.250 per USD hingga Rp16.300 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis harian.
 

Baca juga: Dolar AS Tergelincir setelah Ganyang 6 Mata Uang Utama Dunia
 

Kekhawatiran dampak tarif Trump meluas


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini didorong oleh sentimen kekhawatiran para pedagang terhadap dampak ekonomi dari kebijakan Trump, setelah Trump menggandakan tarifnya pada baja dan aluminium dan data penggajian nonpertanian yang akan dirilis Jumat ini akan memberikan lebih banyak petunjuk.

Beberapa pejabat Gedung Putih mengisyaratkan Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan mengadakan panggilan telepon minggu ini, meskipun tidak ada rincian yang diberikan mengenai kapan panggilan telepon tersebut akan dilakukan.

Namun, berita tentang potensi dialog tersebut memicu harapan pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok akan meningkat, terutama setelah pejabat AS mengakui bahwa negosiasi telah terhenti dalam beberapa minggu terakhir.

"Pasar berharap kesepakatan perdagangan yang lebih permanen, setelah Washington dan Beijing sepakat untuk menurunkan tarif perdagangan mereka untuk sementara waktu pada Mei," papar Ibrahim.

Di sisi lain, meningkatnya aksi militer antara Rusia dan Ukraina, Ukraina melancarkan serangkaian serangan dahsyat terhadap Rusia, yang terbaru adalah ledakan bawah laut yang menargetkan jembatan yang menghubungkan Rusia dengan Krimea.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dipangkas lagi


Sementara itu, Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD lagi-lagi memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,2 persen, dari 4,9 persen menjadi 4,7 persen pada 2025. Pemangkasan ini merupakan kedua kalinya yang dilakukan OECD sepanjang tahun ini usai revisi ke bawah 0,3 persen, dari 5,2 persen menjadi 4,9 persen.

Dalam laporan terbarunya, OECD Economic Outlook June 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat dalam waktu dekat. Pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan melambat menjadi 4,7 persen pada 2025 sebelum sedikit meningkat menjadi 4,8 persen pada 2026.

Melemahnya sentimen bisnis dan konsumen baru-baru ini di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan biaya pinjaman yang tinggi akan membebani konsumsi dan investasi swasta pada paruh pertama 2025. Seiring dengan kondisi keuangan yang berangsur-angsur mereda, inflasi tetap berada dalam kisaran target bank sentral.

Sementara itu, permintaan domestik diperkirakan akan meningkat secara bertahap pada paruh kedua 2025 dan 2026. OECD turut menyoroti meningkatnya ketegangan perdagangan global baru-baru ini dan penurunan harga komoditas diperkirakan akan membebani permintaan eksternal dan pendapatan ekspor.  

Ekonomi Indonesia berisiko tumbuh lebih rendah dari harapan pemerintah karena arus keluar modal yang terus-menerus didorong oleh ketidakpastian kebijakan global dan domestik dapat memberikan tekanan baru pada mata uang, yang berpotensi menyebabkan pelebaran defisit transaksi berjalan untuk sementara waktu dan memicu inflasi melalui biaya impor yang lebih tinggi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)