Sentimen Ekonomi Jepang Merosot, Cuaca Dingin dan Inflasi Jadi Biang Keladi

Ilustrasi, orang-orang berjalan melewati persimpangan di Tokyo, Jepang. Foto: Xinhua/Zhang Xiaoyu.

Sentimen Ekonomi Jepang Merosot, Cuaca Dingin dan Inflasi Jadi Biang Keladi

Husen Miftahudin • 12 March 2025 12:09

Jakarta: Sentimen ekonomi Jepang kembali menukik tajam, menandai penurunan untuk bulan kedua secara berturut-turut. Berdasarkan survei yang dirilis oleh Kantor Kabinet Jepang, indeks kondisi ekonomi saat ini tercatat turun 3,0 poin dari bulan sebelumnya, menjadi 45,6 pada Februari. Penurunan ini menunjukkan sinyal peringatan bagi ekonomi Negeri Sakura.

Indeks ini, yang mengukur sentimen ekonomi berdasarkan pendapat para pekerja di berbagai sektor, merupakan indikator utama tren ekonomi di Jepang. Angka di atas 50 mengindikasikan peningkatan ekonomi, sedangkan di bawah 50 menunjukkan kondisi yang memburuk.

Melansir laman Xinhua, Rabu, 12 Maret 2025, penurunan tajam pada Februari sebagian besar dikaitkan dengan cuaca dingin yang tidak biasa. Suhu yang lebih rendah dari biasanya membuat konsumen enggan keluar rumah, sehingga mempengaruhi penjualan ritel dan aktivitas konsumen secara keseluruhan.

Hal ini terlihat jelas dari penurunan indeks terkait aktivitas rumah tangga, yang turun 4,1 poin menjadi 44,5, didorong oleh penurunan penjualan ritel sebesar 4,8 poin.

Sebuah department store di wilayah Tokai melaporkan cuaca dingin telah mengurangi jumlah pengunjung dan penjualan. "Cuaca dingin yang berkepanjangan membuat konsumen enggan untuk keluar rumah, sehingga menyebabkan penurunan lalu lintas dan penjualan," ujar perwakilan department store tersebut.

Selain cuaca, sentimen ekonomi juga tertekan oleh pelemahan mata uang yen, kenaikan biaya energi, dan inflasi yang tinggi. Hal ini berdampak pada permintaan logistik yang melemah dan menyebabkan indeks aktivitas bisnis turun 1,5 poin menjadi 47,4.

Indeks prospek, yang mencerminkan ekspektasi ekonomi untuk dua hingga tiga bulan ke depan, juga mengalami penurunan, yaitu 1,4 poin menjadi 46,6. Penurunan ini menunjukkan pelaku ekonomi Jepang tidak terlalu optimis terhadap prospek ekonomi di masa depan.
 
Baca juga: Jepang Menyangkal Tuduhan AS tentang Manipulasi Mata Uang


(Sebagian jalanan tertutup salju di pinggiran Sapporo, Hokkaido, Jepang. Foto: Xinhua/Li Ziyue)
 

Upaya pemulihan ekonomi jadi makin berat


Menanggapi data ini, Pemerintah Jepang menurunkan penilaian ekonomi secara keseluruhan untuk pertama kalinya dalam 10 bulan. Meskipun ekonomi masih dalam tren pemulihan yang moderat, tanda-tanda kelemahan mulai muncul.

Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh Jepang dalam mencapai pemulihan ekonomi yang stabil semakin berat, terutama di tengah kondisi global yang tidak menentu.

Penurunan sentimen ekonomi ini menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah Jepang untuk segera mengambil langkah-langkah strategis. Pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat untuk merangsang pertumbuhan ekonomi serta mengatasi tantangan seperti inflasi dan pelemahan mata uang yen.

Selain itu, pemerintah juga perlu mengintensifkan upaya untuk mendorong konsumsi domestik, baik dengan menciptakan program stimulus maupun dengan meringankan beban hidup masyarakat. Upaya untuk meningkatkan daya saing industri Jepang di pasar global juga perlu ditingkatkan, agar dapat mendorong ekspor dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Penurunan sentimen ekonomi yang dipicu oleh cuaca dingin dan inflasi ini menunjukkan tantangan di depan Jepang tidak mudah. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat dan komprehensif, Jepang masih memiliki peluang untuk kembali ke jalur pemulihan ekonomi yang stabil. (Laura Oktaviani Sibarani)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)