ADB Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,0%, AMRO Cuma 4,8%

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Foto: Dok Kemenkeu

ADB Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,0%, AMRO Cuma 4,8%

M Ilham Ramadhan Avisena • 23 July 2025 16:25

Jakarta: Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memproyeksikan Perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,0 persen pada tahun ini. Prakiraan tersebut tak berubah dari yang telah dirilis oleh lembaga tersebut sebelumnya.

Dalam Asian Development Outlook (ADO) edisi Juli 2025, ADB memperkirakan Indonesia mampu tetap mencapai pertumbuhan 5,0 persen pada tahun ini meski ada indikasi pelemahan kinerja ekspor. Sedangkan di tahun depan, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,1 persen.

"Konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama, sementara pertumbuhan investasi melambat," tulis laporan ADB yang dirilis Rabu, 23 Juli 2025.

Untuk menjaga laju pertumbuhan, pemerintah Indonesia menaikkan target defisit fiskal 2025 menjadi 2,8 persen dari PDB dan meluncurkan paket stimulus, termasuk bantuan pangan, transfer tunai, dan subsidi transportasi.

Program makan gratis sedang dipercepat pelaksanaannya untuk menjangkau 82,9 juta orang. Sebagai dukungan, otoritas moneter secara bertahap melonggarkan kebijakan karena risiko terhadap stabilitas harga dinilai tetap rendah.

Adapun data impor April dan Mei menunjukkan kemungkinan adanya rebound dalam permintaan domestik. Namun demikian, produksi industri yang lesu, penciptaan lapangan kerja formal yang lemah, dan investasi swasta yang lambat dapat menjadi hambatan bagi prospek pertumbuhan, ditambah dengan risiko eksternal baru yang berpotensi menambah tekanan.
 

Baca juga: 

Tarif Trump 19% Bikin PDB Indonesia Bakal Minus 0,113%



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik turun

Secara umum, ADB turut menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik untuk tahun ini dan tahun depan. Penurunan itu didorong oleh ekspektasi menurunnya ekspor akibat tarif AS yang lebih tinggi dan ketidakpastian perdagangan global, serta melemahnya permintaan domestik.

ADB memperkirakan ekonomi kawasan akan tumbuh 4,7 persen tahun ini, turun 0,2 poin persentase dari proyeksi April. Proyeksi untuk tahun depan juga diturunkan menjadi 4,6 persen dari sebelumnya 4,7 persen.

ADB memperkirakan prospek Asia dan Pasifik dapat memburuk lebih lanjut jika terjadi peningkatan tarif AS dan ketegangan dagang. Risiko lainnya termasuk konflik dan ketegangan geopolitik yang dapat mengganggu rantai pasok global dan meningkatkan harga energi, serta penurunan pasar properti Tiongkok yang lebih buruk dari perkiraan.

"Asia dan Pasifik telah menghadapi lingkungan eksternal yang semakin menantang tahun ini. Namun prospek ekonomi telah melemah akibat risiko yang meningkat dan ketidakpastian global," kata Kepala Ekonom ADB Albert Park melalui keterangan pers.

"Ekonomi di kawasan ini harus terus memperkuat fundamental mereka dan mendorong perdagangan terbuka serta integrasi regional untuk mendukung investasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan," lanjutnya.

AMRO pangkas proyeksi ekonomi Indonesia

Berbeda dengan ADB, The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memangkas proyeksi perekonomian Indonesia dari 5,0 persen menjadi 4,8 persen. Demikian proyeksi tahun depan yang semula diperkirakan 5,1 persen menjadi 4,7 persen.

"Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencerminkan dampak dari tarif tersebut (resiprokal AS) terhadap lemahnya permintaan domestik," ujar Group Head & Principal Economist AMRO Allen Ng.

Sementara itu tingkat inflasi Indonesia yang semula diprediksi 2,2 persen di tahun ini dan 2,7 persen di tahun depan direvisi. Inflasi diperkirakan sebesar 1,5 persen di 2025 dan 1,9 persen di 2026. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)