Makan bergizi gratis. Dok MI.
Ficky Ramadhan • 20 September 2025 15:15
Jakarta: Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama, menilai perlu ada evaluasi terhadap penyediaan makan bergizi gratis (MBG). Hal itu menyusul banyaknya kasus keracunan MBG yang terus berulang.
Menurut Tjandra, terdapat sedikitnya tiga poin kemungkinan yang dapat menjadi penyebab keracunan dan harus dianalisis secara mendalam. Pertama, proses memasak makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Tiga hal yang wajib terjamin di sini adalah kebersihan berbagai alat dan persiapannya, proses masak yang baik dan benar, serta pengemasan yang tepat," kata Tjandra dalam keterangannya, Sabtu, 20 September 2025.
Tjandra menjelaskan aspek kedua yang tak kalah penting adalah kebersihan, kesegaran, dan kesehatan bahan pangan awal. Menurutnya, kualitas bahan pangan sangat menentukan.
"Kalau tinggi kadar insektisidanya, atau hewan yang dipotong berasal dari kandang yang banyak hewan sakit, atau ada berbagai kontaminasi lain, maka makanan yang tersaji bisa saja menjadi tidak sehat dan bukan tidak mungkin terjadi keracunan," ujar Tjandra.
Ilustrasi MBG. Dok MGN.
Faktor ketiga yang harus diawasi adalah transportasi dan penyimpanan bahan pangan. Tjandra mencontohkan bagaimana keterlambatan distribusi akibat transportasi yang terlambat atau jalan rusak berat dapat berdampak pada kualitas bahan makanan.
"Begitu juga kalau gudang penyimpanan tidak memenuhi syarat, seperti ventilasi, kelembaban, dan suhu, maka juga akan berpengaruh terhadap hasil akhir produk makanan yang dikonsumsi," tambah Tjandra.
Tjandra pun menegaskan bahwa evaluasi kasus keracunan MBG harus dilakukan secara menyeluruh di semua alur proses, mulai dari bahan pangan hingga distribusi. Menurutnya, hal ini harus segera dilakukan dan diperbaiki agar kasus keracunan menu
MBG tidak terus berulang.
"Dengan keracunan makanan yang sudah sampai ribuan ini, analisa mendalam pada setiap kejadian tentu dapat menjadi acuan tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, yang harus diperbaiki agar jangan sampai terjadi lagi," tutur Tjandra.