Hilirisasi Batu Bara Bisa Jadi Sumber Investasi Baru

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Todotua Pasaribu (tiga dari kiri). Metrotvnews.com/Eko Nordiansyah

Hilirisasi Batu Bara Bisa Jadi Sumber Investasi Baru

Eko Nordiansyah • 31 July 2025 18:58

Jakarta: Pemerintah gencar mendorong hilirisasi batu bara. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Todotua Pasaribu mengatakan, hilirisasi batu bara sejalan dengan tren pengembangan industri di masa depan.

"Tantangan kita ke depan adalah bagaimana strategi terhadap pemanfaatan batu bara dalam konteks hilirisasi," kata dia dalam Indonesia Mining Forum 2025 yang digelar Metro TV, Kamis, 31 Juli 2025.

Ia menjelaskan, hilirisasi batu bara sejatinya hanya proses yang mengubah pemanfaatan batu bara tidak hanya sebagai sumber energi. Tetapi batu bara bisa menjadi Dimethyl Ether (DME) yang dapat digunakan sebagai substitusi LPG nasional yang hingga kini masih didominasi impor.

"Itu hanya satu proses, gasifikasi coal to synthetic gas dan dari synthetic gas ini bisa dikembangkan jadi produk lain synthetic metanol yang itu bisa dikembangkan nanti jadi produk DME yang jadi substitusi gas LPG," kata dia.
 

Baca juga: 

Bidik Kemandirian Energi, Pemerintah Genjot Hilirisasi Batu Bara



(Ajang Indonesia Mining Forum 2025 yang digelar Metro TV. Metrotvnews.com/Eko Nordiansyah)

Peluang hilirisasi batu bara 

Hingga kini memang komersialisasi hilirisasi batu bara memang belum dilakukan. Padahal sebaran sasaran industri hilirisasi batu bara sudah ada di berbagai daerah mulai dari Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan timur, hingga Sulawesi Tengah.

"Negara kita harus segera masuk (hilirisasi batu bara). Karena kalau kita hanya mengandalkan ekspor batu bara ini dan untuk pemanfaatannya untuk pembangkit listrik value-nya ini tidak terlalu signifikan, atau value-nya tidak terlalu high," ujar dia.

Adapun peluang investasi hilirisasi batu bara menjadi DME estimasinya mencapai Rp31,5 triliun hingga Rp34,5 triliun dengan kapasitas per tahun 1,4 juta ton, metanol senilai Rp10,2 triliun dengan 600 ribu ton, kokas dan semi kokas Rp5,6 triliun sebesar 600 ribu ton, ammonia Rp3,5 triliun sebanyak 290 ribu ton.

"Saat ini memang kalau kami dari Kementerian Investasi ada dua BUMN yang cukup serius, kita dorong Bukit Asam dan PGN untuk masuk kepada coal to synthetic gas karena ini memang harus kita lakukan secara komersial. Kalau produknya bisa dicapai secara komersial maka bisa kita kembangkan lagi," ujar Todotua.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)