Ilustrasi Airbus. Foto: dok Airbus.
Ade Hapsari Lestarini • 5 December 2024 14:27
Blagnac: Airbus, perusahaan dirgantara terbesar di Eropa, berencana memangkas 2.043 pekerjaan di divisi Pertahanan dan Antariksa.
Keputusan ini diambil karena divisi tersebut mengalami kerugian besar, terutama di sektor satelit, yakni Airbus menghadapi persaingan ketat dari penyedia satelit dengan biaya lebih rendah, seperti Starlink milik Elon Musk.
Melansir Almayadeen, Kamis, 5 Desember 2024, sebagian besar pemangkasan terjadi di lini bisnis Sistem Luar Angkasa, yang kehilangan 1,5 miliar euro (USD1,578 miliar) akibat proyek OneSat yang bermasalah. Selain itu, ada pengurangan 250 pekerjaan di divisi Kekuatan Udara, 47 di Intelijen Terhubung, dan 618 di divisi kantor pusat.
Airbus pastikan tidak ada PHK wajib
Airbus memastikan pengurangan pekerjaan ini tidak akan melibatkan PHK wajib dan akan dilakukan secara bertahap hingga pertengahan 2026. Langkah ini merupakan bagian dari program restrukturisasi yang disebut Proton, yang bertujuan untuk menurunkan biaya operasional dengan memangkas posisi-posisi administratif dan manajerial.
Ilustrasi pesawat Airbus. Foto: dok Airbus
Pengurangan terbesar akan terjadi di Jerman, dengan 689 posisi yang terpengaruh, diikuti oleh Prancis (540 posisi), Inggris (477 posisi), Spanyol (303 posisi), dan negara lainnya (34 posisi). Airbus berharap dengan langkah ini, perusahaan dapat tetap bersaing di pasar satelit yang semakin ramai dengan munculnya penyedia satelit baru.
Airbus dan Project Bromo
Airbus sedang mengerjakan "Project Bromo" bersama Thales dan Leonardo, bertujuan untuk menciptakan pesaing kuat bagi Starlink. Ini bagian dari strategi Airbus untuk menghadapi tantangan di industri luar angkasa Eropa.
Meskipun pemangkasan karyawan ini memberikan dampak besar, Airbus berharap langkah-langkah strategis seperti restrukturisasi dan Project Bromo dapat membantu mereka tetap bersaing di pasar satelit yang semakin ramai. Perusahaan berfokus pada inovasi untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing di industri luar angkasa Eropa ke depannya. (
Nanda Sabrina Khumairoh)