Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: Dokumen Kemenkeu 
                                                
                    
                        Jakarta: Pertumbuhan ekonomi mesti mampu tumbuh hingga delapan persen setiap tahun untuk mencapai ambisi Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dan maju yang dituangkan dalam visi Indonesia Maju 2045.
 
"Masih banyak pekerjaan rumah dan agenda pembangunan yang perlu ditangani dan diselesaikan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terjaga di kisaran lima persen dalam berbagai guncangan dunia perlu diakselerasi menjadi 6-8 persen per tahun untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2025 dalam Rapat Paripurna DPR ke-17 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2023-2024 di Gedung DPR, Jakarta, dilansir Media Indonesia, Senin, 20 Mei 2024.
 
Menggapai target pertumbuhan ekonomi
Akselerasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu, kata Sri Mulyani, dapat dilakukan dengan terus melanjutkan keberlanjutan reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas serta tranformasi ekonomi yang telah konsisten dilakukan dalam 10 tahun terakhir.
 
Kesinambungan dan sekaligus perbaikan kebijakan menjadi kunci bagi keberhasilan pencapaian Visi Indonesia Emas 2045.
 
"Kita tidak bisa lagi bergantung pada kebijakan yang bersifat business as usual," ujar dia.
 
Dia menambahkan, transformasi ekonomi dengan mendorong peningkatan investasi produktif yang menciptakan nilai tambah tinggi sangat diperlukan.
 
Karenanya, KEM PPKF harus terus menjaga daya tarik investasi dengan terus menjaga stabilitas dan prediktabilitas, memperbaiki pemerataan (kualitas dan inklusivitas), serta harus berkelanjutan.
 
Adapun dalam KEM PPKF 2025 pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2025 berkisar pada 5,1 persen hingga 5,5 persen.
 
Angka proyeksi tersebut didasari pada asumsi terkendalinya tingkat inflasi, kelanjutan agenda penghiliran sumber daya alam (SDA), pengembangan industri kendaraan listrik, dan digitalisasi yang mendukung iklim investasi.
 
(M Ilham Ramadhan)