Pengamat telekomunikasi ITB Ian Joseph.
Imanuel R Matatula • 10 June 2024 22:41
Jakarta: Pengamat Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward mengatakan kekhawatiran munculnya Starlink direct to cell dapat mengganggu ekosistem telekomunikasi yang telah ada tidak sepenuhnya benar. Sebab, keduanya bisa saling melengkapi, bahkan layanan direct to cell tidak bisa menggunakan gawai pada umumnya.
"Saat ini belum bisa, karena handphone yang dirancang itu memang untuk LTE atau 4G, atau 5G. Arah antenanya bukan ke atas ke arah satelit tetapi ke BTS. Jadi kalau menggunakan layanan satelit itu berbeda," kata Ian dalam tayangan Metro TV, Senin, 10 Juni 2024.
Ian menyebut sesungguhnya saat ini belum terbentuk ekosistem direct to cell yang baik di Indonesia. Hal ini karena gawai yang beredar belum memiliki teknologi untuk tersambung ke satelit secara langsung.
Pada dasarnya, Ian menyebut Starlink direct to cell secara fungsi baik untuk daerah kepulauan. Ia mengatakan keterjangkauannya sangat besar, Starlink sendiri akan meluncurkan 100 satelit di Indonesia, dan hal itu akan berdampak baik.
Baca juga: Starlink Direct to Cell Ancam Ekosistem Telekomunikasi di Indonesia |