Tingkatkan Ekspor, LPEI Dorong Perajin Perempuan Madura Produksi Batik Aromaterapi

Ilustrasi perajin batik. Foto: LPEI

Tingkatkan Ekspor, LPEI Dorong Perajin Perempuan Madura Produksi Batik Aromaterapi

Annisa Ayu Artanti • 20 April 2024 18:30

Jakarta: Kinerja nilai ekspor Kain/Bahan Pakaian Indonesia (HS Code 56-60) terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja nilai ekspor produk sepanjang 2023 tercatat mencapai USD473,31 juta.
 
Adapun lima negara tujuan ekspor utama kain/bahan pakaian Indonesia adalah Jepang (porsi 19,6 persen), Vietnam (15,6 persen), India (7,4 persen), Amerika Serikat (6,1 persen), dan Korea Selatan (5,8 persen).
 
Masih berdasarkan data BPS, kinerja nilai ekspor batik mencapai USD17,45 juta pada 2023. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke negara-negara: Amerika Serikat (porsi 74,75 persen), Jerman (3,61 persen), Singapura (3,23 persen), Malaysia (2,82 persen), dan Kanada (1,92 persen).
 
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), atau Indonesia Eximbank terus memperkuat komitmennya mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan, sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional.
 
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa mengatakan, salah satu wujud nyata LPEI adalah dengan melakukan pendampingan kepada perajin batik aromaterapi yang menjadi ciri khas Madura.
 
"Al Warits telah menjadi mitra binaan LPEI sejak 2019 lalu dan mengikuti berbagai pameran skala internasional seperti Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 lalu," tutur dia, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 20 April 2024.
 

Baca juga: 

Kesepakatan Bisnis Capai Rp1 Miliar, LPEI Dorong 104 Pelaku UKM Perluas Pasar Ekspor

Batik aromaterapi

Dia menjelaskan, batik aromaterapi adalah produk unik yang mengeluarkan aroma wangi rempah dan bunga dari kain batiknya, tahan hingga empat tahun meskipun dicuci berulang-ulang.
 
Metode batik aromaterapi ditemukan seorang perempuan milenial, Warisatul Hasanah yang mendirikan Batik Al-Warits.
 
Untuk mendorong ekosistem ekspor berkelanjutan yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional, LPEI berkolaborasi dengan Kemenkeu Satu (Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak), dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur untuk melakukan pendampingan kepada 139 perajin perempuan binaan Al-Warits dari 11 desa di Kabupaten Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep.
 
Warisatul Hasanah mengatakan, LPEI bersama Kemenkeu Satu juga memberikan berbagai pelatihan lainnya dalam rangka penguatan kapasitas dan organisasi perusahaan.
 
“Selain penguatan kompetensi dan peningkatan kapasitas produksi, kami juga diberikan pelatihan penyusunan laporan keuangan, manajemen perusahaan, prosedur dan perizinan ekspor serta penyuluhan perpajakan dalam rangka meningkatkan kapasitas bisnis Desa Devisa Batik aromaterapi,” ujar Warisatul Hasanah.
 
Berbagai pelatihan dan pendampingan LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir mulai membuahkan hasil.
 
Kini, LPEI berhasil meningkatkan kapasitas produksi perajin batik meningkat dari 400 kain per hari menjadi 4.000 kain per hari dan pendapatan perajin dari Rp300 ribu menjadi Rp1,25 juta per bulan.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)