Ilustrasi jenazah/MI
M Rodhi Aulia • 10 April 2025 21:44
Jakarta: Sebelas warga sipil yang merupakan penambang emas menjadi korban dalam aksi pembantaian keji oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Yahukimo, Papua Pegunungan. Mereka tewas dengan kondisi mengenaskan di area pendulangan emas, tepatnya di Lokasi 22 dan Muara Kum sepanjang aliran Sungai Silet.
Aparat keamanan menyebut bahwa korban mengalami luka-luka parah yang menunjukkan kekejaman pelaku. Luka tersebut berasal dari berbagai jenis senjata tajam dan proyektil.
“Berdasarkan informasi yang diterima, korban pembunuhan mengalami luka bacok, tembakan, serta luka akibat panah,” kata Kaops Damai Cartenz 2025 Brigjen Pol Faizal Ramadhani dalam keterangannya yang dikutip, Kamis, 10 April 2025.
Hingga saat ini, proses identifikasi jenazah masih terus dilakukan oleh aparat gabungan. Dari total 11 korban jiwa, enam orang telah berhasil diidentifikasi. Mereka diketahui bernama Aidil, Sahruddin, Ipar Stenli, Wawan, Feri, dan Bungsu.
“Dari 11 korban meninggal dunia, enam di antaranya telah berhasil diidentifikasi, yakni Aidil, Sahruddin, Ipar Stenli, Wawan, Feri, dan Bungsu. Sementara lima lainnya masih dalam proses identifikasi,” ujar Faizal.
Brigjen Faizal menegaskan bahwa seluruh korban adalah masyarakat sipil yang bekerja sebagai pendulang emas. Tidak ada keterlibatan aparat negara dalam insiden ini sebagaimana dituduhkan oleh pihak OPM melalui propaganda mereka.
Baca juga: Kemhan Kecam Aksi KKB Bunuh 11 Warga Sipil di Yahukimo
“Seluruh korban jiwa dalam tragedi kemanusiaan tersebut adalah warga sipil yang berprofesi sebagai pendulang emas,” ucapnya.
Menurut Faizal, kelompok yang diduga kuat bertanggung jawab atas pembantaian ini adalah KKB yang menamakan dirinya sebagai Kodap XVI Yahukimo dan Kodap III Ndugama. Ia menyebut serangan tersebut sebagai bentuk nyata pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia.
“Kami sangat mengecam tindakan keji ini. Ini bukan hanya serangan terhadap warga sipil tak bersalah, tetapi juga bentuk nyata pelanggaran hak asasi manusia,” tegasnya.
Tim gabungan TNI-Polri telah berhasil mengevakuasi dua jenazah dari lokasi kejadian pada Kamis (10/4). Evakuasi dilakukan dengan penuh tantangan karena medan yang berat dan cuaca yang tidak bersahabat.
“Evakuasi dua jenazah korban KKB telah berhasil kami laksanakan hari ini dan telah tiba di RSUD Dekai. Untuk selanjutnya, proses investigasi dan identifikasi akan kami lakukan secara menyeluruh guna memastikan identitas korban serta mengungkap fakta-fakta terkait peristiwa ini,” kata Faizal.
Proses evakuasi lanjutan akan kembali dilakukan pada Jumat (11/4) karena keterbatasan waktu dan kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan melanjutkan operasi hari ini. Untuk mendukung identifikasi secara profesional, tim dokter forensik dari RS Bhayangkara Jayapura telah diterjunkan ke RSUD Dekai.
Sementara itu, Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2025 Kombes Pol Yusuf Sutejo meminta masyarakat untuk tidak panik dan tidak mudah termakan informasi hoaks yang beredar.
“Kami mengajak seluruh masyarakat agar tidak terprovokasi oleh isu hoaks. Mari jaga stabilitas keamanan bersama. Informasi resmi akan terus kami sampaikan secara berkala berdasarkan data valid dan proses penyelidikan di lapangan,” ujar Yusuf.
Yusuf menambahkan bahwa pihaknya masih terus memburu para pelaku yang bertanggung jawab atas pembantaian ini. Penindakan hukum akan dilakukan secara tegas dan profesional.
“Kami terus melakukan pengejaran terhadap kelompok pelaku yang bertanggung jawab atas serangan brutal ini. Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Percayakan kepada aparat keamanan yang saat ini sedang bekerja maksimal,” bebernya.
Kementerian Pertahanan RI juga memberikan atensi khusus atas tragedi ini. Mereka menegaskan bahwa pembunuhan terhadap masyarakat sipil di Yahukimo adalah tindakan yang tidak bisa ditolerir.
“Ada 11 penambang ilegal yang memang menjadi korban dan diperlakukan secara tidak manusiawi. Mereka dibunuh dengan sadis. Itu tentunya juga perbuatan yang memang tidak bisa ditolerir karena sudah melanggar kemanusiaan,” kata Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemhan Brigjen TNI Frega Ferdinand Wenas, Kamis (10/4).
Frega menekankan bahwa TNI hanya dilibatkan untuk mendukung Polri dalam proses evakuasi dan penyelidikan, dan bahwa semua korban adalah warga sipil, bukan aparat militer seperti yang disebar oleh OPM melalui propaganda.
“Makanya dalam proses evakuasi itu memang saat ini mengedepankan kepolisian untuk membuktikan bahwa yang dijadikan korban oleh OPM itu benar-benar adalah warga sipil,” ujar Frega.
Frega pun menyatakan bahwa narasi yang disebarkan oleh OPM bertujuan menyudutkan negara dan institusi TNI, padahal tindakan mereka jelas-jelas melanggar hukum nasional dan internasional.
“Yang dilakukan OPM di Yahukimo itu sangat tidak berperikemanusiaan dan menyasar warga sipil. Jadi, propaganda yang dilakukan dengan menyebutkan bahwa itu adalah agen intelijen dari TNI itu sama sekali tidak benar,” ucapnya