Kurangi Dampak Lingkungan, Penggunaan Plastik Hasil Daur Ulang Terus Ditingkatkan

Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi. Dok. Istimewa

Kurangi Dampak Lingkungan, Penggunaan Plastik Hasil Daur Ulang Terus Ditingkatkan

Achmad Zulfikar Fazli • 16 September 2025 10:53

Jakarta: Unilever Indonesia berkomitmen terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan dengan terus bertransformasi memastikan potensi dampak lingkungan yang minim di berbagai aspek pada keseluruhan value chain perusahaan. Perusahaan mengedepankan tiga prinsip di dalam mengelola penggunaan plastik di kemasan untuk produk-produknya.

“Kami mengedepankan prinsip less plastic, better plastic, dan no plastic. Artinya, selain meminimalisir jumlah penggunaan plastik dalam kemasan, kami juga memilih plastik yang mudah didaur ulang dan mengembangkan sistem pengisian ulang di beberapa daerah,” tutur Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi, dalam keterangan tertulis, Selasa, 16 September 2025.

Maya mengatakan pihaknya terus mengurangi penggunaan plastik baru (virgin plastic) dan berupaya meningkatkan penggunaan plastik hasil daur ulang alias post-consumer recycled (PCR) dalam kemasannya. Pihaknya juga menghadirkan kemasan yang dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau diurai menjadi kompos. 

Maya menegaskan pihaknya akan terus mengumpulkan dan memproses lebih banyak sampah plastik kemasan daripada plastik yang digunakan untuk menjual produk. Sejak 2015, perusahaan sudah mengimplementasikan zero waste landfill untuk memastikan tidak ada sampah atau limbah yang berasal dari kegiatan operasional yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 
 

Baca Juga: 

Semua Pihak Dinilai Punya Peran Penting dalam Pengelolaan Sampah


Pada 2024, lanjut dia, pihaknya secara global telah menerapkan empat pilar keberlanjutan. Yakni, iklim untuk mencapai Net Zero Emission (NZE), alam untuk mendukung ekosistem alam melalui penerapan pertanian regeneratif, plastik yang bertujuan mengakhiri limbah plastik, dan mata pencaharian yang menargetkan terwujudnya mata pencaharian dan standar upah yang layak bagi seluruh pihak dalam rantai nilai Unilever.

Melalui empat fokus tersebut, pihaknya lebih fokus mengintegrasikan prinsip keberlanjutan yang menitikberatkan aspek environment, social, and governance (ESG) dengan kinerja bisnis.

“Bisnis sangat penting, tidak boleh ditinggalkan. Karena jika bisnis bertumbuh dengan konsisten dan kompetitif, kita juga akan memiliki keleluasaan lebih besar dalam menerapkan komitmen dan misi-misi keberlanjutan,” ujar Maya.

Tantangan Bisnis Berkelanjutan

Maya mengakui tidak mudah dalam merealisasikan komitmen terhadap keberlanjutan. “Tantangannya cukup besar tetapi kami tetap berupaya menyajikan produk yang lebih berkelanjutan di tengah persaingan yang ketat,” ucap Maya. 

Dia mengungkapkan tantangan terbesar bagi pihaknya adalah kompleksitas rantai pasok komoditas. Untuk mengatasi itu, Unilever Indonesia mendorong seluruh mitranya menerapkan praktik yang bertanggung jawab mulai dari perancangan inovasi produk, pengadaan bahan baku, proses produksi, distribusi ke konsumen hingga proses pengelolaan limbah produk.

Dari sisi konsumen, kesadaran masyarakat mengelola sampah plastik masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, Unilever Indonesia rajin mengajak konsumen untuk terlibat secara aktif dalam mengumpulkan dan mendaur ulang sampah plastik, membina lebih dari 4.000 bank sampah.

Hal ini, kata Maya, dilakukan tidak hanya untuk memperbanyak titik-titik pengumpulan sampah, tetapi juga mengedukasi kesadaran masyarakat sekitar untuk menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan menjadikan kebiasaan memilah suatu hal yang lumrah.

Selain itu, pihaknya memberikan pilihan bagi konsumen untuk membeli berbagai produknya tanpa kemasan dengan adanya gerai isi ulang (refill) di lebih dari 1.000 titik di area Jabodetabek dan Surabaya.
 
Baca Juga: 

Industri Daur Ulang Plastik Minta Dukungan Pemerintah Perkuat Rantai Pasok


Unilever Indonesia juga terus melakukan edukasi dan sosialisasi akan pentingnya pengelolaan sampah plastik. Selain itu, berkolaborasi dengan pemangku kepentingan yang relevan dan melakukan berbagai aktivitas yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat.

Di samping itu, Maya mengatakan perusahaannya merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang menyerahkan Peta Jalan Pengurangan Sampah ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021, yang berisi strategi penanganan sampah plastik dari hulu ke hilir.

“Fokusnya adalah bagaimana kita bisa hidup harmonis, yakni sampah hasil aktivitas kehidupan kita yang tidak terpakai lagi harus bisa dikelola dengan baik. Ini butuh jalinan kolaborasi demi mewujudkan Indonesia bersih dan mencapai pertumbuhan ekonomi,” kata Maya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)