Pemerintah Diminta Jaga Momentum Usai PMI Manufaktur Ekspansif

Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani. MI/Insi Nantika Jelita.

Pemerintah Diminta Jaga Momentum Usai PMI Manufaktur Ekspansif

Naufal Zuhdi • 4 September 2025 11:55

Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan berdasarkan laporan S&P Global melalui Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 tumbuh sebesar 51,5. Angka ini naik 2,3 poin dari capaian bulan Juli yang berada di level 49,2. Peningkatan ini mengembalikan posisi ke fase ekspansi setelah lima bulan berturut-turut mengalami kontraksi.

Merespons hal itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan berdasarkan laporan PMI manufaktur Indonesia dari S&P Global, terdapat sejumlah dinamika penting terkait input pada Agustus. Dengan meningkatnya permintaan, terjadi peningkatan aktivitas pembelian, sehingga stok bahan baku bertambah. 

Dari sisi harga, sambung Shinta, inflasi biaya input pada Agustus tercatat solid, tetapi tetap berada di bawah rata-rata jangka panjang dan masih menjadi yang terendah kedua dalam hampir lima tahun terakhir.

"Kami memandang prospek manufaktur relatif lebih positif untuk kuartal berikutnya, asalkan momentum perbaikan permintaan ini bisa dijaga. Sentimen pelaku usaha membaik karena ada harapan peningkatan daya beli domestik dan potensi peningkatan ekspor. Namun, kita tidak bisa mengabaikan faktor politik domestik dan global yang berpengaruh terhadap investor confidence serta arus modal," ujar Shinta dikutip Kamis, 4 September 2025.

Shinta pun menyoroti persoalan dinamika sosial dan politik yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam kurun seminggu terakhir. Pengusaha, tambah Shinta, memandang penting bagi pemerintah untuk menjaga rule of law, keamanan, dan komunikasi publik yang efektif, sehingga situasi tidak berkembang menjadi systemic disruption terhadap aktivitas ekonomi.

"Stabilitas adalah kunci, karena tanpa itu, kepercayaan investor dan kelancaran rantai pasok bisa terdampak," tegas Shinta.
 

Baca juga: 

PMI Manufaktur Indonesia Naik ke Level 51,5 pada Agustus 2025



(Ilustrasi. Foto: Dok istimewa)

Pengusaha siapkan berbagai skenario


Dirinya menambahkan, strategi pengusaha saat ini berfokus pada mitigasi risiko berbasis scenario planning. Artinya, pengusaha menyiapkan proyeksi untuk berbagai skenario dari kondisi politik stabil hingga potensi policy uncertainty. Selain itu, fokus pada cost efficiency dan supply chain resilience menjadi prioritas.

"Kami juga mendorong market diversification untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar ekspor," bebernya.

Apindo, menekankan pentingnya policy consistency agar pelaku usaha bisa plan ahead. Jika kepastian regulasi terjaga, maka pengusaha lebih berani melakukan capital expenditure dan ekspansi kapasitas.

"Jadi, optimismenya ada, tetapi dengan sikap prudent optimism, disertai strategi adaptif agar bisnis tetap agile dalam menghadapi segala kemungkinan," kata Shinta.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)