Mengenal Support dan Resistance dalam Trading Saham

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Mengenal Support dan Resistance dalam Trading Saham

Eko Nordiansyah • 6 September 2025 12:14

Jakarta: Bagi trader pemula, memahami konsep support dan resistance adalah langkah kunci dalam analisis teknikal. Kedua level ini membantu mengidentifikasi titik balik pergerakan harga, menentukan strategi entry/exit, dan mengelola risiko. Berikut panduan lengkapnya dilansir dari Pluang dan RHB Trade Smart.

Support merupakan level harga ketika permintaan cukup kuat untuk menghentikan penurunan harga. Contohnya, saat saham XYZ mendekati Rp5.000, buyer masuk sehingga harga memantul naik. Sebaliknya, resistance adalah level harga ketika penawaran cukup kuat untuk menghentikan kenaikan harga.

Misal pada saham ABC yang mendekati Rp10.000 cenderung berbalik turun karena tekanan jual. Dari sisi psikologis, trader cenderung membeli di area support karena dianggap murah, dan menjual di area resistance karena dianggap mahal. Angka bulat seperti Rp5.000 atau Rp10.000 sering menjadi level psikologis penting.

Cara mengidentifikasi

Untuk mengidentifikasi support dan resistance, ada beberapa metode yang umum digunakan. Garis horizontal bisa dipakai dengan menjadikan harga tertinggi atau terendah historis sebagai acuan.

Jika saham DEF beberapa kali gagal menembus Rp8.000, level tersebut dianggap resistance kuat. Selain itu, garis tren atau trendline dapat ditarik dengan menghubungkan titik-titik terendah untuk support atau titik-titik tertinggi untuk resistance.

Indikator teknikal juga bisa menjadi acuan, seperti moving average (MA) 50 atau 200 hari yang berfungsi sebagai support dan resistance dinamis, Fibonacci Retracement dengan level 38,2 persen, 50 persen, dan 61,8 persen, serta Pivot Points yang dihitung dari rata-rata harga sebelumnya.
 
Baca juga: 

Wall Street Ditutup Melemah Imbas Kekhawatiran Resesi di AS



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Strategi trading

Strategi trading dengan memanfaatkan support dan resistance pun beragam. Pada range trading, trader membeli di support dan menjual di resistance, misalnya membeli saham GHI di Rp2.000 lalu menjualnya di Rp2.500.

Pada breakout trading, trader masuk ketika harga menembus resistance atau support, seperti saham JKL yang menembus Rp5.000 dan ditargetkan naik ke Rp5.500.

Sedangkan dalam trendline trading, trader mengikuti tren dengan masuk saat harga memantul di garis tren, misalnya membeli ketika harga menyentuh trendline support dalam tren naik.

Agar lebih efektif, bagi masyarakat yang ingin memulai trading, disarankan untuk  menggunakan konfirmasi tambahan, seperti volume perdagangan atau indikator RSI, bukan hanya satu indikator tunggal.

Penetapan stop-loss juga penting, misalnya di bawah level support untuk posisi beli atau di atas resistance untuk posisi jual. Trader juga diingatkan untuk menghindari angka bulat sebagai titik masuk, misalnya memilih Rp5.003 dibanding Rp5.000 agar tidak bersaing dengan banyak order di level psikologis.

Beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan trader pemula adalah menandai terlalu banyak level support dan resistance, sehingga kehilangan fokus pada level mayor yang lebih signifikan.

Selain itu, banyak yang mengabaikan volume padahal volume tinggi pada saat breakout menjadi konfirmasi sinyal yang kuat. Kesalahan lainnya adalah memaksakan trading ketika harga masih konsolidasi, tanpa menunggu arah pasar yang lebih jelas.

Sebagai penutup, support dan resistance merupakan pondasi penting dalam analisis teknikal. Trader perlu mempelajari pola historis, memanfaatkan indikator pendukung, serta disiplin menerapkan manajemen risiko agar strategi trading lebih terarah dan efektif. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)