Ilustrasi kegiatan tambang batu bara. Foto: MI/Angga Yuniar
Fajri Fatmawati • 1 February 2025 12:52
Aceh: Harga komoditas batu bara terus merosot, menambah beban bagi industri pertambangan, khususnya batu bara kalori rendah di Aceh. Kondisi ini diperparah dengan biaya produksi yang hampir setara dengan harga jual, seperti yang dialami oleh PT Mifa Bersaudara.
Koordinator Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Syiah Kuala (USK), Pocut Nurul Alam, menjelaskan penurunan harga global menjadi penyebab utama kondisi ini. Harga batu bara dunia khususnya yang kalori rendah, telah mengalami penurunan signifikan. Sementara itu, biaya produksi perusahaan di Aceh sudah sangat dekat atau bahkan hampir sama dengan harga jual.
"Ini jelas menjadi tantangan besar, karena margin keuntungan menjadi sangat tipis,” kata Nurul, Sabtu, 1 Februari 2025.
Perusahaan batu bara kalori rendah di Aceh tidak hanya terhambat oleh penurunan harga batu bara, mereka juga menghadapi tantangan dari regulasi dan wacana kewajiban sosial yang semakin meningkat, seperti Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) yang kini didorong 2,5?ri penjualan.
Di tengah kesulitan tersebut, banyak perusahaan di Aceh juga menghadapi kendala efisiensi. Salah satu hambatannya adalah tingginya stripping ratio. Stripping ratio yang tinggi menyebabkan biaya operasional tidak mudah untuk ditekan.
"Mengurangi stripping ratio memerlukan investasi besar pada peralatan dan teknologi, yang sulit dilakukan di tengah situasi harga yang terus menurun," jelasnya.
Kondisi ini semakin memperburuk prospek industri batu bara kalori rendah di Aceh. Sumber daya batu bara kalori rendah umumnya memiliki tantangan lebih besar dalam hal efisiensi biaya produksi dibandingkan dengan batu bara kalori tinggi. Ditambah dengan harga yang terus menurun, beberapa perusahaan mungkin harus mempertimbangkan opsi lain, seperti menutup tambang dengan biaya produksi yang tidak lagi terjangkau.
Meski begitu, Pocut menekankan pentingnya langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, seperti perbaikan dalam kebijakan fiskal atau dukungan teknologi untuk meningkatkan efisiensi.
"Namun, dengan stripping ratio yang tinggi dan harga yang terus turun, prospek jangka pendek bagi batu bara kalori rendah di Aceh tidak terlalu optimis. Dibutuhkan inovasi dan kebijakan yang lebih mendalam untuk menyelamatkan industri batu bara ini," ungkapnya.