Senator AS Lindsey Graham. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 29 July 2025 19:12
Washington: Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham pada Senin, 28 Juli 2025 mendesak Rusia agar segera memulai proses perdamaian untuk mengakhiri perang dengan Ukraina, sekaligus memperingatkan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump tidak akan ragu memberikan tekanan lebih keras kepada Moskow dan mitra dagangnya.
“Bagi mereka di Rusia yang mengira Presiden Trump tidak serius mengakhiri pertumpahan darah antara Rusia dan Ukraina: Anda dan pelanggan Anda akan segera sadar betapa salahnya anggapan itu. Joe Biden bukan lagi presiden,” tulis Graham di platform X dan dikutip Anadolu Agency, Selasa, 29 Juli 2025.
“Segeralah duduk di meja perundingan,” tambah dia.
Pernyataan Graham muncul di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik setelah mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa tekanan Trump terhadap Kremlin dapat memperluas konflik, tidak hanya antara Rusia dan Ukraina, tetapi juga antara Rusia dan Amerika Serikat.
“Trump sedang bermain-main dengan permainan ultimatum,” tulis Medvedev, sembari mengingatkan bahwa Rusia bukan Israel atau Iran, dan bahwa setiap ultimatum baru merupakan ancaman langsung terhadap hubungan bilateral.
“Jangan mengikuti jejak Joe yang Mengantuk!” tambah dia, merujuk pada Presiden Biden dengan ejekan khas Trump.
Dalam konferensi pers di Skotlandia pada hari yang sama, Trump kembali mengeluarkan ancaman terhadap Moskow. Ia memperpendek tenggat waktu yang sebelumnya ditetapkan untuk mengakhiri perang, dari 50 hari menjadi hanya “sekitar 10 atau 12 hari.”
“Tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama,” kata Trump. “Saya ingin bersikap murah hati dengan memberi waktu 50 hari, tapi tidak ada kemajuan yang terlihat.”
Trump juga mengancam akan menjatuhkan sanksi ekonomi baru dan tarif sekunder terhadap Rusia apabila konflik tidak segera dihentikan.
Sebelumnya, Graham juga memperingatkan negara-negara seperti Tiongkok, India, dan Brasil, yang terus membeli minyak dari Rusia. Ia menyatakan bahwa negara-negara tersebut dapat menghadapi konsekuensi serius atas dukungan ekonomi mereka terhadap Presiden Vladimir Putin dalam perang yang masih berlangsung di Ukraina. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Beri Deadline 10-12 Hari ke Putin, Trump: Damai atau Sanksi Berat!