Beri Deadline 10-12 Hari ke Putin, Trump: Damai atau Sanksi Berat!

Vladimir Putin dan Donald Trump berinteraksi di sebuah forum internasional. (Anadolu Agency)

Beri Deadline 10-12 Hari ke Putin, Trump: Damai atau Sanksi Berat!

Willy Haryono • 29 July 2025 06:21

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan tenggat waktu baru bagi Rusia untuk menghentikan perang di Ukraina, yakni dalam waktu 10 hingga 12 hari ke depan. Jika tidak ada kemajuan menuju perdamaian, Trump menegaskan bahwa Moskow akan menghadapi gelombang sanksi baru dari Washington.

Pernyataan tegas itu disampaikan Trump saat berada di Skotlandia pada Senin, 28 Juli, dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Di tengah agenda diplomatik dan kunjungan pribadinya, Trump menyampaikan kekecewaannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin yang dianggapnya memperpanjang konflik tanpa alasan jelas.

“Saya akan menetapkan tenggat baru sekitar 10 atau 12 hari dari hari ini,” kata Trump kepada wartawan.

“Tidak ada alasan untuk menunggu… Kami tidak melihat ada kemajuan berarti,” sambung dia, dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 29 Juli 2025.

Trump sebelumnya sudah menetapkan batas waktu 50 hari untuk penyelesaian konflik, namun kini memutuskan mempercepat ultimatum tersebut karena dinilai tidak ada perubahan signifikan di lapangan.

Dapat Dukungan Zelensky

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik sikap tegas Trump dan menyebutnya sebagai “sikap jelas dan penuh determinasi.” Dalam pernyataannya, Zelensky menilai momentum ini sangat penting untuk mendorong berakhirnya perang dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.

“Tepat waktu, saat kekuatan dapat mengubah segalanya menuju perdamaian sejati. Saya berterima kasih kepada Presiden Trump atas fokusnya untuk menghentikan perang mengerikan ini,” ujar Zelensky.

Ia juga menegaskan bahwa sanksi terhadap Rusia adalah elemen penting dalam menghentikan agresi militer dan bahwa Moskow selalu memperhatikan tekanan ekonomi.

Respons Rusia dan Kekhawatiran Eskalasi

Kremlin belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan Trump. Namun, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengkritik keras pendekatan tersebut.

Dalam unggahannya di platform X, Medvedev menyebut Trump sedang “bermain-main dengan ultimatum,” dan memperingatkan bahwa pendekatan seperti itu bisa memicu konflik yang lebih besar, bahkan melibatkan langsung Amerika Serikat.

“Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang, bukan hanya antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negara (Trump) sendiri,” tulis Medvedev.

Janji Perdamaian dan Ancaman Sanksi

Trump yang mengklaim dirinya sebagai tokoh pembawa perdamaian pernah berjanji akan mengakhiri konflik Ukraina dalam waktu 24 jam jika kembali menjabat. Namun hingga kini, meski sering mengeluarkan pernyataan keras, tindakan konkret dari Washington belum sepenuhnya sejalan dengan retorika tersebut.

Meski demikian, Trump menegaskan bahwa ia siap menerapkan sanksi ekonomi dan tarif tambahan jika Rusia tetap melanjutkan serangan.

“Jika Anda tahu apa jawabannya, kenapa harus menunggu? Bisa jadi sanksi atau bahkan tarif sekunder. Saya tidak ingin melakukan itu ke Rusia. Saya mencintai rakyat Rusia,” kata dia.

Trump juga menyatakan bahwa serangan berulang dari Rusia ke wilayah sipil Ukraina, termasuk insiden pengeboman fasilitas sipil, telah menghapus kepercayaan yang sempat ada dalam proses diplomatik.

“Kami pikir masalah ini sudah beberapa kali diselesaikan. Tapi kemudian Presiden Putin meluncurkan roket ke kota seperti Kyiv dan membunuh banyak orang, bahkan di panti jompo… Itu bukan cara menyelesaikan perang,” tegas dia.

Baca juga:  Putin Siap Bahas Perdamaian Ukraina Jika Tujuan Rusia Sudah Tercapai

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)