Ilustrasi. Foto: dok BEI.
Jakarta: Aliran dana investor asing (foreign inflow) ke pasar modal Indonesia cenderung lebih rendah di tengah ketidakpastian perekonomian global.
Dalam hasil analisis Bank DBS, dijelaskan setidaknya terdapat tiga alasan utama mengapa pasar modal Indonesia, yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), masih kalah dalam berebut dana-dana bule.
1. Pasar modal negara lain punya sektor menarik
Marketing Strategist Indonesia Bank DBS mengungkapkan jika pasar modal di negara lain memiliki sektor yang lebih menarik.
"Ada sektor yang lebih atraktif di mana Indonesia tidak punya, contohnya sektor AI dan EV. Kebetulan Indonesia tidak ada, makanya minatnya tidak sebagus di pasar (modal di negara) lain," jelas Arif.
(Ilustrasi. Foto: Medcom.id)
2. Pertumbuhan laba emiten melempem
Proyeksi pertumbuhan laba emiten di Indonesia cenderung lemah. Menurut Bank DBS, pertumbuhan laba perusahaan diproyeksikan hanya sampai 18 persen pada 2025 dan melambat menjadi 6 persen di 2026.
Angka ini jauh dari ekspektasi pasar yang mengharapkan pertumbuhan laba dengan angka dua digit secara konsisten.
3. Market murah
Valuasi pasar modal Indonesia masih dianggap rendah. "Kalau dilihat dari sisi valuasi, market kita termasuk salah satu yang paling murah," ujar Arif.
Dengan tren yang tidak begitu menarik bagi
investor asing, Bank DBS melihat pentingnya diversifikasi produk investasi dan solusi bagi para investor domestik untuk tetap bisa bertahan di pasar. (
Aulia Rahmani Hanifa)