Cuaca ekstrem akibat mendung, hujan dan kabut tebal di lokasi bencana longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan hingga menyulitkan pencarian korban.
Pekalongan: Alat berat untuk mempermudah pencarian korban dan penanganan longsor di Desa Kasimpar Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan belum dapat masuk karena jalan terputus dan medan berat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengoperasikan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk membantu percepatan pencarian korban.
"Ya mulai hari ini, kita akan gunakan TMC untuk mempermudah tim gabungan dalam mencari korban hilang yang diperkirakan masih cukup banyak tertimbun longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan," kata Kepala BNPB Suharyanto di Pekalongan, Kamis, 23 Jnuari 2025.
Menurut Suharyanto memasuki hari ketiga pencarian korban longsor di Desa Kasimpar Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, teknologi modifikasi cuaca (TMC) mulai dipergunakan. Kondisi cuaca belum bersahabat yakni diguyur hujan ringan-sedang dan alat berat juga sulit menjangkau lokasi longsor di Petungkriyono Pekalongan akibat akses jalan terputus.
Percepatan pencarian korban longsor di Pekalongan ini, lanjut Suharyanto, sebagai upaya mengantisipasi terjadinya bencana longsor susulan yang auan mengganggu proses pencarian. Sedangkan penggunaan TMC tersebut bertujuan agar daiam sepekan mendatang tidak terjadi cuaca ekstrem yang akan menghambat pelaksanaan pencarian.
Berdasarkan data diterima, ungkap Suharyanto, hingga hari kedua pencarian korban longsor tejah ditemukan 21 korban meninggal, 13 orang luka-luka dan enam orang belum ditemukan. Sedangkan Standart Operational Procedure (SOP) waktu pencariannya memang 7x24 jam, meskipun telah disepakati akan ada penambahan waktu sesuai permintaan ahli waris atau keluarga korban yang berharap keluarganya ditemukan.
Selain itu Bupati Pekalongan Fadia Arafiq, telah menetapkan masa tanggap darurat bencana selama dua pekan, sehingga untuk kebutuhan dasar masyarakat yang mengungsi akan dipenuhi selama masa tanggal darurat. "Kami juga telah menyalurkan bantuan Rp289 juta dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp207 jura," imbuhnya.
Dalam penanganan bencana longsor ini, menurut Suharyanto, ratusan personel tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Basarnas, Satpol PP dan relawan telah diturunkan. Yakni selain melakukan pencarian terhadap korban juga membuka akses jalan serta untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi.
Di sisi lain, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah melakukan evaluasi kebijakan di daerah hulu, menyusul adanya bencana longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Longsor terjadi bukan disebabkan faktor tunggal yakni hujan deras tetapi juga adanya perubahan lanskap bentang alam.
"Walhi sangat menolak keras penyebab tunggal terjadinya bencana longsor di Petungkriyono, kami menilai pasti ada perubahan lanskap bentang alam yang memperparah bencana itu," kata Manajer advokasi dan Kampanye Walhi Jawa Tengah Iqbal Alma.
Melihat kondisi itu, ungkap Iqbal Alma, Walhi meminta Pemprov Jawa Tengah melakukan evaluasi kebijakan terhadap daerah-daerah rawan longsor di daerah hulu atau wilayah dataran tinggi, apalagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) menyebutkan bahwa Jawa Tengah sebagai provinsi nomor dua daerah paling rawan bencana secara nasional.
Tidak hanya melakukan evaluasi, menurut Iqbal Alma, pemerintah juga perlu melakukan riset yang mengulik penyebab atau akar masalahnya, sehingga sangat disayangkan Pemrov Jawa Tengah telah mengetok palu rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang bertolak belakang dengan kondisi bencana terkini di Jawa Tengah pada Desember 2024 lalu.
"Jangan hanya terlena oleh curah hujan yang tinggi tanpa melihat penyebab lokalnya, kondisi itu harus dicarikan solusinya agar tidak berulang lagi," tuturnya.