Presiden Tiongkok Xi Jinping tiba di Rusia untuk hadiri Hari Kemenangan. Foto: Xinhua
Moskow: Presiden Tiongkok Xi Jinping mendarat di Moskow pada Rabu, 7 Mei 2025 untuk kunjungan tiga hari yang mencakup parade Hari Kemenangan dan pertemuan empat mata dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Xi tiba di tengah agenda yang menegaskan kemitraan ‘tanpa batas’ antara kedua negara, yang sebelumnya dideklarasikan beberapa minggu sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Kunjungan ini terjadi di tengah ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat serta upaya AS menengahi konflik Ukraina. Pada hari yang sama dengan kedatangannya, Xi menulis untuk Rossiyskaya Gazeta.
Mengutip dari Channel News Asia, Rabu, 7 Mei 2025, ia memuji hubungan kedua negara yang tangguh dan menyerukan penolakan terhadap segala upaya yang mencoba mengganggu persahabatan tersebut.
Hubungan strategis Tiongkok-Rusia
Dalam tulisannya, Xi menegaskan bahwa kedua pihak harus bersama-sama menolak setiap upaya untuk “mengganggu dan merusak persahabatan serta rasa saling percaya Tiongkok-Rusia”.
Ia menekankan perlunya memanfaatkan ketahanan kemitraan strategis ini untuk mendorong multipolarisasi dunia dan membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. Kedua negara juga membahas perluasan kerja sama militer dan ekonomi di hadapan tekanan Barat.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok menambahkan bahwa Xi dan Putin akan menggalang dukungan Global South, membentuk tata kelola global yang lebih adil, serta menentang unilateralisme dan penindasan.
Pernyataan dari lembaga penyiaran pemerintah CCTV menyebut kunjungan ini sebagai langkah penting untuk mempromosikan dunia multipolar yang setara dan teratur, memperlihatkan kesamaan visi kedua pemimpin
Parade hari kemenangan dan ketegangan regional
Xi akan menjadi tamu kehormatan pada parade Hari Kemenangan 9 Mei, yang memperingati 80 tahun kekalahan Nazi.
Putin menjadwalkan gencatan senjata tiga hari di garis depan Ukraina demi keamanan parade, namun Ukraina menolak dan meminta jeda serangan yang lebih lama. Dalam beberapa hari terakhir, Kyiv bahkan menembakkan drone ke Moskow, menegaskan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas keamanan di Rusia.
Kontingen militer Tiongkok yang terdiri dari 102 tentara menjadi yang terbesar di antara 13 negara peserta parade. Namun Ukraina memperingatkan bahwa kehadiran pasukan asing membantu Moskow “menutupi kejahatan perangnya”.
Sementara itu, ketergantungan Rusia pada pasokan gas dan minyak Tiongkok serta masuknya perusahaan-perusahaan Tiongkok menggantikan perusahaan Barat yang hengkang menunjukkan perluasan hubungan ekonomi kedua negara pasca-sanksi Barat.
(
Muhammad Adyatma Damardjati)