Netanyahu Ancam Akhiri Gencatan Senjata Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Anadolu

Netanyahu Ancam Akhiri Gencatan Senjata Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

Fajar Nugraha • 12 February 2025 09:52

Tel Aviv: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam pada Selasa  untuk mengakhiri kesepakatan gencatan senjata Gaza jika Hamas gagal membebaskan tawanan pada Sabtu 15 Februari 2025 siang waktu setempat.

"Jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami pada Sabtu siang, gencatan senjata akan dihentikan, dan tentara Israel akan kembali bertempur sengit hingga Hamas akhirnya dikalahkan," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video setelah rapat kabinet keamanan selama empat jam, seperti dikutip Anadolu, Rabu 12 Februari 2025.

Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa ia memerintahkan tentara "untuk mengerahkan pasukan di dalam dan di sekitar Jalur Gaza."

"Kami semua menyambut baik tuntutan Presiden Trump untuk pembebasan sandera kami pada Sabtu siang, serta visi revolusionernya untuk masa depan Gaza," tambah Netanyahu, mengacu pada seruan Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza.

Ancaman itu muncul satu hari setelah Hamas mengatakan akan menunda pembebasan sandera berikutnya sebagai tanggapan atas pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata.

Pemerintah daerah Palestina telah mencantumkan serangkaian pelanggaran Israel terhadap kesepakatan tersebut, termasuk penembakan warga sipil dan penolakan akses ke bahan bantuan, termasuk tenda dan karavan untuk warga sipil yang mengungsi di Gaza.

Menyusul ancaman Netanyahu, tentara Israel mengatakan bahwa mereka akan memperkuat pasukannya secara signifikan, termasuk pemanggilan pasukan cadangan.

Sementara itu, politisi sayap kanan Itamar Ben-Gvir, mantan menteri keamanan nasional, menolak posisi pemerintah Israel sebagai "tidak menguntungkan."

"Trump telah memberikan lampu hijau yang jelas untuk menghujani Gaza dengan api dan neraka jika para sandera tidak dibebaskan, tetapi pemerintah kami memilih untuk melanjutkan jalan yang tidak bertanggung jawab," katanya pada X.

Menteri Keuangan yang ekstremis Bezalel Smotrich juga menyerukan untuk membuka "gerbang neraka" bagi Hamas.

"Perdana Menteri, saya mendesak Anda –,berdasarkan pernyataan Presiden Trump yang jelas dan bermoral,– untuk mengirim pesan tegas kepada Hamas: Semua sandera dibebaskan paling lambat Sabtu, atau gerbang neraka akan terbuka bagi mereka,” kata Smotrich dalam sebuah pernyataan.

Trump telah berulang kali menyerukan untuk mengambil alih Gaza dan memindahkan warga Palestina ke negara-negara tetangga, termasuk Mesir dan Yordania, sebuah gagasan yang ditolak secara luas oleh para pemimpin Palestina dan Arab.

Usulannya muncul di tengah gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan perang genosida Israel, yang telah menewaskan lebih dari 48.200 orang dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.

Sebanyak 16 warga Israel dan lima pekerja Thailand sejauh ini telah dibebaskan oleh Hamas sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel berdasarkan tahap pertama perjanjian tersebut.

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantung tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)