Ilustrasi bitcoin. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 8 October 2025 19:52
Jakarta: Bitcoin kembali menembus harga tertinggi sepanjang masa (All-Time High) di level USD126 ribu atau sedikit di bawah Rp2,1 miliar per koin. Pencapaian ini menandai tonggak penting bagi pasar aset digital dan menegaskan kembali posisi bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Lonjakan harga tersebut memperpanjang tren positif bitcoin yang dalam satu tahun terakhir telah meningkat hampir dua kali lipat. Berdasarkan data pasar, harga bitcoin sempat menyentuh puncak di USD126.080 sebelum stabil di kisaran USD124.700, menunjukkan ketahanan yang kuat meski volatilitas pasar meningkat.
Di sisi lain, ethereum turut menguat ke level USD4.600, sementara XRP juga mencatatkan kenaikan di USD2,9. Pergerakan ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap aset kripto utama terus meningkat setelah periode konsolidasi selama beberapa bulan terakhir.
Kenaikan bitcoin kali ini didorong oleh meningkatnya arus masuk dana institusional dan melemahnya dolar AS, yang mendorong investor mencari alternatif aset pelindung nilai. ETF Bitcoin yang diterbitkan oleh sejumlah manajer investasi global seperti BlackRock dan Fidelity juga mencatat arus masuk miliaran dolar dalam sepekan terakhir, mempersempit suplai di pasar spot.
Penurunan cadangan bitcoin di bursa global ke titik terendah dalam enam tahun turut memperkuat tekanan kenaikan harga. Kondisi ini menandakan banyak investor yang memilih menyimpan bitcoin di dompet pribadi untuk jangka panjang, memperlihatkan keyakinan harga masih berpotensi naik.
Aset digital semakin diakui sistem keuangan global
Vice President Indodax Antony Kusuma menilai rekor harga bitcoin kali ini tidak hanya mencerminkan euforia pasar, tetapi juga menjadi sinyal kuat aset digital semakin diakui dalam sistem keuangan global.
"Pencapaian harga USD126 ribu merupakan bukti nyata bitcoin telah memasuki fase kematangan baru. Saat ini, bitcoin tidak lagi sekadar instrumen spekulatif, melainkan bagian dari strategi diversifikasi aset yang diakui oleh lembaga keuangan besar di seluruh dunia," jelas Antony dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 8 Oktober 2025.
Menurut dia, reli harga ini turut didorong oleh meningkatnya partisipasi institusi, bukan hanya investor ritel. Ia menjelaskan, ketika arus dana besar masuk ke produk-produk berbasis bitcoin, seperti ETF dan treasury korporasi, meski porsi kepemilikan institusi masih relatif kecil dibanding total suplai, arus dana yang masuk menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap infrastruktur aset digital global.
Antony juga menjelaskan karakteristik pasar saat ini berbeda dibandingkan siklus-siklus sebelumnya. Pada 2021, euforia bitcoin lebih banyak digerakkan oleh faktor emosional dan partisipasi ritel. Namun kini, kata dia, penurunan cadangan bursa, hingga permintaan institusional yang stabil.
"Faktor-faktor tersebut menciptakan fondasi yang jauh lebih sehat bagi pertumbuhan jangka panjang. Kita tidak lagi melihat kenaikan berbasis hype. Kali ini, kenaikan bitcoin dibangun atas dasar kepercayaan dan penerapan nyata di berbagai sektor, termasuk pembayaran lintas negara, aset treasury, hingga instrumen lindung nilai terhadap inflasi," papar dia.
Dari sisi pasar domestik, Antony mencatat peningkatan signifikan dalam aktivitas perdagangan di Indodax seiring dengan rekor harga baru ini. Volume transaksi di platform Indodax melonjak dalam beberapa hari terakhir.
"Dalam tujuh hari terakhir, volume transaksi Indodax meningkat hampir 50 persen, dibandingkan periode sebelumnya. Bahkan dalam satu hari terakhir, bertepatan dengan Bitcoin ATH di USD126 ribu, volume trading Indodax mencapai Rp1 triliun," jelas dia.
Menurut Antony, hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia semakin percaya diri terhadap investasi kripto dan mulai memandangnya sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang.
(Ilustrasi pergerakan harga aset kripto. Foto: dok KBI)
Jadi momentum Indonesia perkuat ekosistem kripto
Antony menilai momentum ini juga menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat peran di ekosistem kripto global. Dengan regulasi yang semakin matang dan dukungan pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri aset kripto Indonesia berpotensi menjadi salah satu yang paling progresif di Asia Tenggara.
"Fenomena ini mempertegas peran bitcoin sebagai 'emas digital' modern. Keterbatasan suplai bitcoin yang hanya 21 juta unit menjadikannya aset yang secara fundamental langka. Ketika permintaan terus tumbuh, terutama dari institusi besar, harga wajar bitcoin akan cenderung terus meningkat," katanya.
Mengenai potensi pergerakan harga ke depan, Antony menyebut selama bitcoin mampu bertahan di atas level psikologis USD120 ribu, tren
bullish masih sangat kuat.
"Secara teknikal dan fundamental, kondisi pasar saat ini mendukung kenaikan lanjutan. Namun, investor kripto perlu tetap disiplin dan tidak terjebak pada euforia jangka pendek," imbuhnya.
Ia pun mengingatkan strategi investasi yang konsisten dan terukur tetap menjadi kunci dengan menerapkan strategi pembelian bertahap atau Dollar-Cost Averaging (DCA). Strategi ini dinilai terbukti efektif menghadapi volatilitas dan membantu membangun portofolio yang kuat dalam jangka panjang.
"Selain bitcoin, dampak positif juga terjadi pada aset kripto besar lain seperti ethereum dan XRP. Ketika bitcoin mencapai rekor baru, biasanya modal juga berputar ke altcoin utama. Ini menunjukkan seluruh ekosistem kripto sedang bergerak ke fase pertumbuhan berikutnya," jelas dia.