Ilustrasi. Foto: dok Istimewa.
Husen Miftahudin • 5 October 2025 20:21
Jakarta: Bitcoin kembali meroket menembus USD118 ribu sekitar Rp1,95 miliar (kurs Rp16.609/USD) setelah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan tajam. Laporan ketenagakerjaan ADP mencatat penurunan 32 ribu lapangan kerja pada September, terendah sejak Maret 2023, memperbesar keyakinan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Oktober.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga ini memicu arus modal masuk ke aset alternatif seperti emas dan kripto. Menurut data Polymarket, peluang The Fed mempertahankan suku bunga bulan depan hanya tersisa enam persen. Sementara banyak analis yang memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) akan terjadi pada Oktober dan kembali di Desember.
Kenaikan ini memperpanjang tren positif bitcoin yang menutup kuartal ketiga 2025 pada rekor tertinggi. BTC mengakhiri September dengan kenaikan sekitar lima persen di kisaran USD114 ribu, berlawanan dengan tren historis yang biasanya melemah. Secara historis, ketika September ditutup positif, kuartal keempat cenderung menghasilkan reli besar, rata-rata lebih dari 50 persen seperti yang terjadi pada 2015, 2016, 2023, dan 2024.
Pola musiman turut memperkuat optimisme pasar. Berdasarkan data Tokocrypto, sejak 2015, pada Oktober rata-rata mencatat kenaikan harga bitcoin sebesar 21,8 persen, disusul November dengan rata-rata 10,8 persen. Jika tren historis ini kembali berulang, bitcoin berpeluang menembus level USD150 ribu atau sekitar Rp2,49 miliar sebelum pergantian tahun. Prospek ini kian solid dengan derasnya arus masuk modal institusional serta meningkatnya partisipasi investor ritel, dua faktor yang secara historis kerap menjadi pemicu lonjakan harga besar.
Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menjelasakan secara teknikal, grafik harian bitcoin membentuk pola double bottom di kisaran USD113 ribu (Rp1,87 miliar) dengan neckline di USD117.300 (Rp1,94 miliar). Jika breakout terkonfirmasi, target kenaikan menuju USD127.500 (Rp2,11 miliar) terbuka. Selain itu, pola segitiga simetris memberi proyeksi target lebih tinggi hingga USD137 ribu Rp2,27 miliar), yang berdekatan dengan level Fibonacci extension di USD134.700 (Rp2,23 miliar).
"Data on-chain dari Glassnode menunjukkan BTC masih berada di bawah zona 'panas', dengan level resistensi kritis di USD122 ribu (Rp2,02 miliar) dan USD138 ribu (Rp2,29 miliar). Artinya, ruang reli masih terbuka sebelum potensi koreksi besar terjadi," jelas Fyqieh dikutip dari keterangan tertulis, Minggu, 5 Oktober 2025.
Menurut Fyqieh, situasi makro juga mendukung reli kripto. Penutupan pemerintahan AS setelah Kongres gagal mengesahkan anggaran mendorong investor beralih ke aset safe haven. Harga emas melonjak ke rekor di atas USD3.900 per ons, sementara bitcoin juga diuntungkan sebagai aset lindung nilai.
Baca juga: Revisi UU P2SK, Kripto Diusulkan Jadi Alat Pembayaran seperti Uang |