Perayaan Nyepi Dinilai Jadi Momentum Membangun Harmoni Antaragama

Mendikdasmen Abdul Mu'ti. Foto: Istimewa.

Perayaan Nyepi Dinilai Jadi Momentum Membangun Harmoni Antaragama

Arga Sumantri • 23 February 2025 21:37

Jakarta: Perayaan Nyepi pada 29 Maret 2025 nanti dinilai jadi momentum memperkuat kerukunan antarumat beragama. Keragaman suku dan agama di Indonesia merupakan kekayaan yang seharusnya memperkokoh persatuan.

Semangat kerukunan ini mendasari seminar nasional bertajuk 'Kekuatan Pengetahuan dan Keheningan dalam Membangun Harmoni Antaragama'. Seminar nasional ini juga dalam rangka Perayaan hari suci Nyepi tahun saka 1947.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan tema seminar yang diusung sejalan dengan upaya Kemendikdasmen dalam menggalakan budaya ramah serta menjadikan lembaganya sebagai rumah pendidikan.

"Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam membangun budaya rukum dan harmonis. Budaya di mana di tengah perbedaan yang ada kita tetap bisa menerima satu dengan yang lainnya," ujar Mu'ti, Minggu, 23 Februari 2025. 

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mengatakan belakangan ini ada hal-hal negatif dan kurang bagus mulai berkembang. Contohnya, budaya enggan antre, ingin sesuatu yang instan, dan selalu sibuk memberikan orang lain.

"Budaya antre di masyarakat kita belakangan ini mulai hilang. Sehingga kemacetan di mana-mana, saling serobot satu dengan yang lainnya. Kemudian ingin sesuai dengan instan. Tiba-tiba ingin jadi presiden, ingin jadi menteri, ingin jadi jenderal," ungkapnya.
 

Baca juga: Lestari Moerdijat: Semangat Kebinekaan Harus Terus Dihidupkan

Wisnu menekankan tidak ada sesuatu yang bisa diraih instan. Semuanya butuh proses dan harus dilalui secara bertahap, bertingkat, berlanjut, serta membutuhkan fokus.

Tingkat kecemasan meningkat di era kecerdasan buatan

Ketua Esoterika Forum Spiritualitas Denny JA mengatakan kecemasan orang dewasa justru semakin meningkat di era kecerdasan buatan. Sebuah laloran dari Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) menunjukkan tingkat kecemasan di Amerika Serikat mengalami peningkatan signifkan. 

Saat ini, 43 persen orang dewasa di negara tersebut mengalami kecemasan, naik dari 37 persen pada tahun 2024, dan 32 persen pada 2022. Tingkat kecemasan yang meningkat setiap tahun dinilai menunjukkan fenomena global yang semakin mengkhawatirkan.

"Apa yang salah ketika dunia semakin kaya, semakin maju, tetapi manusia semalin gelisah?" ungkapnya.

Denny JA menilai ada tiga penyebab utama dari fenomena meningkatnya kecemasan manusia, semuanya berakat dari revolusi digital dan kecerdasan buatan. Penyebab pertama adalah kebiasaan terus menerus mengonsumsi berita negatif.

Kedua, kata dia, jebakan perbandingan atau comparative traps. Media sosial menciptakan ilusi kesempurnaan yang tidak sepenuhnya mencerminkan realitas. 

"Dan terakhir adalah ketakukan menjadi tidak lagi dibutuhkan akibat pesatnya perkembangan teknologi," jelas Denny.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)