Tantangan Fiskal Jadi Sorotan Meski Prospek Ekonomi RI Cerah

(Ilustrasi. Foto: MI/Usman Iskandar)

Tantangan Fiskal Jadi Sorotan Meski Prospek Ekonomi RI Cerah

M Ilham Ramadhan Avisena • 12 March 2025 12:36

Jakarta: Lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch Ratings, kembali mempertahankan peringkat Issuer Default Rating (IDR) Mata Uang Asing Jangka Panjang Indonesia pada level 'BBB' dengan Outlook Stabil. Meski prospek pertumbuhan ekonomi tetap kuat, Fitch menyoroti sejumlah tantangan fiskal yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi dalam jangka menengah.  

Dalam laporannya, Fitch menilai Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang solid dengan PDB riil diproyeksikan tumbuh 5,0 persen pada 2025, lebih tinggi dibandingkan median negara-negara dengan peringkat 'BBB' yang hanya 3,3 persen. Faktor utama yang menopang pertumbuhan adalah permintaan domestik yang kuat, belanja sosial, serta proyek infrastruktur pemerintah.

Namun Fitch menyoroti target pertumbuhan ekonomi delapan persen pada 2029 yang dicanangkan pemerintah masih terlihat menantang tanpa reformasi struktural yang lebih signifikan.

"Kebijakan seperti program makanan gratis, hilirisasi industri, dan ekspansi manufaktur kendaraan listrik dapat mendukung pertumbuhan, tetapi efektivitas implementasinya masih harus diuji," demikian petikan laporan Fitch dikutip Rabu, 12 Maret 2025.

Selain itu, penerimaan negara yang masih rendah menjadi salah satu kelemahan struktural yang membatasi ruang fiskal Indonesia. Fitch memperkirakan rasio pendapatan pemerintah terhadap PDB hanya akan mencapai 14,3 persen pada 2025-2026, jauh di bawah rata-rata negara dalam kategori 'BBB' yang berada di 21,2 persen.

Pembatalan kenaikan tarif PPN sebesar satu poin persentase juga diperkirakan berkontribusi pada hilangnya pendapatan sebesar 0,3 persen dari PDB.
 

Baca juga: 

Fitch Pertahankan Rating BBB, BI Anggap Stabilitas Makroekonomi RI Terjaga



(Ilustrasi ekonomi Indonesia. MI/Ramdani)

Peningkatan defisit transaksi berjalan

Dalam laporan yang sama, Fitch juga memperingatkan potensi peningkatan defisit transaksi berjalan menjadi 1,3 persen dari PDB pada 2025, naik dari 0,6 persen pada 2024. Tekanan eksternal seperti melemahnya permintaan dari Tiongkok dan meningkatnya tarif perdagangan AS dapat berdampak negatif pada ekspor Indonesia.

Meski demikian, Fitch mencatat bahwa cadangan devisa Indonesia tetap kuat, mencapai USD154,5 miliar pada Februari 2025, setara dengan 5,6 bulan pembayaran transaksi berjalan.  

Fitch juga menyoroti dampak BPI Danantara, yang baru diluncurkan pada Februari 2025. Pemerintah berencana menggunakan dana ini untuk mendukung proyek strategis, termasuk hilirisasi industri dan energi terbarukan.

Namun, Fitch memperingatkan, mekanisme pembiayaan melalui Danantara atau BUMN di bawahnya dapat meningkatkan risiko kewajiban kontinjensi terhadap neraca keuangan negara.  

Dari sisi kebijakan moneter, Fitch memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen pada akhir 2025, setelah pemangkasan 25 basis poin pada Januari. Tekanan inflasi tetap terkendali, dengan proyeksi inflasi utama sebesar 2,7 persen pada akhir 2025, masih dalam target resmi 2,5 plus minus satu persen.

Dengan berbagai tantangan dan peluang tersebut, Fitch menilai stabilitas ekonomi Indonesia masih bergantung pada kemampuan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan negara, mengelola defisit fiskal, dan mempertahankan daya saing ekspor.

"Jika upaya reformasi fiskal dan struktural berhasil, peringkat kredit Indonesia berpotensi naik. Namun, jika tekanan fiskal meningkat dan cadangan devisa melemah, peringkat kredit bisa terancam turun," lanjut laporan Fitch.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)