Siapkan KEK Buat Sambut Energi dari AS, RI Bakal Dapat Berkah

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso. Foto: Medcom.id/Vania Liu.

Siapkan KEK Buat Sambut Energi dari AS, RI Bakal Dapat Berkah

M Ilham Ramadhan Avisena • 18 July 2025 20:59

Jakarta: Pemerintah tengah menyiapkan langkah strategis dalam menyikapi kesepakatan impor energi dari Amerika Serikat. Salah satu inisiatif utama yang akan dikembangkan adalah pendirian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang akan difungsikan untuk memfasilitasi kegiatan pengolahan dan distribusi energi hasil kerja sama bilateral tersebut.

"Kita juga akan diuntungkan dengan itu. Menjaga ketahanan energi kita, bahkan nanti akan ada, kita rencana membangun satu fasilitas, kita bikinkan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) di sini, yang nanti memanfaatkan itu. Nanti akan kita detailkan," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso kepada pewarta di kantornya, Jakarta, Jumat, 18 Juli 2025. 

Dia menuturkan, sejauh ini tindak lanjut dari kesepakatan dagang energi dengan AS ialah dibuatnya nota kesepahaman (MoU) antara PT Kilang Pertamina Internasional dengan tiga perusahaan energi besar asal AS, yaitu Exxon Mobil, Chevron, dan KDT Global Resource.
 

Baca juga: 

Pemerintah Masih Negosiasi Meski Trump Sudah Putuskan Tarif 19 Persen bagi Indonesia



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Implementasi impor dilakukan hati-hati

Kesepakatan tersebut mencakup rencana impor sejumlah produk energi dari AS, termasuk minyak mentah (crude oil) dan LPG. Susiwijono menekankan proses ini akan dilakukan secara hati-hati dengan tetap mempertimbangkan aspek bisnis agar memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

"MoU kemarin baru sepakat saja. Habis ini nanti kita akan detailkan. Kita masih akan ketemu terus dengan USTR, di joint statement nanti akan dibunyikan di situ. Kita akan sepakat, skemanya seperti apa, akan kita detailkan lagi," jelasnya.

Meskipun nilai pembelian energi yang disepakati antara kedua negara mencapai USD15 miliar atau sekitar Rp244 triliun dengan asumsi kurs Rp16.290 per dolar AS, pemerintah menyebut kerja sama itu bukan semata kewajiban dagang, melainkan langkah strategis jangka panjang untuk memperkuat industri energi nasional.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)