Presiden Prabowo Subianto. Dok. IG Sekretariat Kabinet
M Rodhi Aulia • 6 April 2025 23:36
Jakarta: Presiden Prabowo Subianto dinilai telah memprediksi potensi perang dagang global yang kini benar-benar terjadi setelah kebijakan tarif tinggi diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Prediksi ini tercermin dari strategi ekonomi dan langkah diplomasi yang telah dirancang jauh hari oleh Prabowo.
Penilaian ini disampaikan Direktur Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan. Sebagai pengamat politik yang kerap mengkaji relasi antara kebijakan luar negeri dan strategi nasional, Iwan menilai respons cepat Prabowo mencerminkan kepemimpinan yang sadar geopolitik dan memiliki orientasi strategis jangka panjang.
“Menurut saya, sudah diprediksi jauh-jauh hari oleh Presiden Prabowo Subianto akan segera terjadi. Buktinya, Prabowo sudah menyiapkan strategi ekonomi dan diplomasi yang memperkuat kedaulatan ekonomi dalam negeri, seperti dengan hilirisasi, memperkuat kemitraan dengan negara lain, mencetuskan Danantara agar investasi manufaktur tidak tergantung asing. Dengan fakta ini, artinya Prabowo sudah berpikir jauh ke depan,” kata Iwan kepada wartawan, Minggu, 6 April 2025.
Baca juga: Tarif Timbal Balik Trump Picu Aksi Jual Global di Tengah Kekhawatiran Resesi
Menurut Iwan, dalam konteks dinamika global yang cepat berubah, analisis politik dan hubungan internasional menjadi penting dalam merumuskan kebijakan negara. Ia menekankan bahwa kebijakan luar negeri yang aktif dan strategi ekonomi yang berdaulat adalah kunci menjaga stabilitas nasional di tengah tekanan global.
“Pemerintah harus menghadapinya dengan gagah berani demi melindungi kepentingan nasional, baik itu dengan strategi ekonomi yang matang maupun menggalang kekuatan dengan banyak negara melalui diplomasi,” ujarnya.
Sebagai bagian dari strategi tersebut, Prabowo diketahui telah menjalin komunikasi intensif dengan para pemimpin negara ASEAN dan Presiden Prancis. Langkah ini menurut Iwan merupakan contoh konkret dari pendekatan diplomasi aktif yang harus terus diperkuat.
“Patut kita apresiasi dan dukung. Negara-negara ini juga bisa diusahakan menjadi alternatif pasar ekspor yang lebih stabil dan tidak bergantung pada kebijakan proteksionis negara lain. Contohnya, Indonesia dapat meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara di Asia, Eropa, dan Timur Tengah,” ucapnya.
Iwan juga menyebut bahwa ini menjadi tantangan bagi Prabowo di tahun pertama pemerintahannya. Namun, ia menilai krisis ini juga membuka peluang untuk memperkuat posisi Indonesia dalam perekonomian global.
“Perang dagang ini juga menjadi ujian Pemerintahan Prabowo-Gibran (Gibran Rakabuming) di tahun pertama kepemimpinan mereka. Semoga perang dagang ini bisa dimanfaatkan sebagai peluang juga untuk menjadikan negara Indonesia lebih kuat dan lebih tangguh,” lanjutnya.