Presiden Israel Isaac Herzog bersama Presiden AS Joe Biden di Ruang Oval. Foto: POTUS
Fajar Nugraha • 13 November 2024 17:08
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) yang akan lengser, Joe Biden, menjamu rekannya dari Israel, Presiden Isaac Herzog, di Gedung Putih pada Selasa 12 November 2024. Pertemuan dilakukan saat tenggat waktu bagi Tel Aviv untuk meningkatkan bantuan secara signifikan di Jalur Gaza yang terkepung akan segera berakhir.
Biden, dalam sambutannya di Ruang Oval, meyakinkan Herzog tentang komitmennya yang "kuat" terhadap Israel, dengan mengatakan kedua negara "memiliki persahabatan yang erat." Ia tidak menanggapi pertanyaan dari wartawan.
Sementara itu, Herzog mengatakan merupakan "kehormatan besar" untuk menjadi tuan rumah di Gedung Putih, tetapi ia juga menyampaikan berita duka bahwa dua orang tewas di Israel utara setelah roket menghantam kota pesisir Nahariya.
"Inilah yang kami alami dari Lebanon, Presiden, dan Anda sangat memahami itu. Kami berjuang keras, kami melindungi rakyat kami," kata Herzog, berlagak seperti korban, seperti dikutip Anadolu, Rabu 13 November 2024.
"Saya tahu Anda bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa perang ini akan berakhir dan ada, pertama-tama, keamanan bagi rakyat Israel, serta bagi rakyat Lebanon,” imbuh Herzog.
Israel telah melakukan operasi darat di Lebanon sejak Oktober, menyerang target yang katanya terkait dengan Hizbullah. Namun, pasukan Israel telah berulang kali menghancurkan seluruh kota perbatasan dalam penghancuran terkendali, dan telah berulang kali terlihat dalam video di media sosial menghancurkan dan menjarah properti warga sipil.
Hampir 3.300 orang tewas dan lebih dari 14.200 orang terluka dalam serangan Israel sejak Oktober 2023 ketika Israel dan kelompok Lebanon itu mulai saling tembak lintas perbatasan, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Israel mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka telah memulai “tahap kedua” perangnya di Lebanon dengan tujuan “maju menuju garis pertahanan kedua Hizbullah.”
Surat kabar Israel, Maariv, mengatakan tujuan operasi tersebut adalah “untuk membubarkan formasi Hizbullah di wilayah tersebut dan memberikan tekanan pada Hizbullah terkait negosiasi penyelesaian politik di Lebanon.”
Di Gaza, Israel telah secara dramatis meningkatkan perangnya di utara daerah kantong pantai itu di tengah semakin ketatnya pembatasan pengiriman air bersih dan makanan.
Pemerintahan Biden memberi Israel tenggat waktu 30 hari yang akan berakhir pada hari Selasa bagi Israel untuk meningkatkan semua bantuan internasional ke seluruh Gaza, termasuk dengan mengizinkan minimal 350 truk memasuki wilayah pesisir tersebut setiap hari, dan memastikan bahwa koridor komersial dan koridor yang dikelola oleh Yordania beroperasi pada "kapasitas penuh dan berkelanjutan."
Mereka memperingatkan bahwa jika kondisi tidak membaik, Israel akan menghadapi pembatasan berdasarkan hukum AS terkait penyediaan bantuan militer lebih lanjut. Hal itu terjadi setelah pemerintahan Biden telah mengirimkan miliaran dolar bantuan mematikan kepada Israel di tengah serangannya terhadap Gaza.
Kelompok bantuan mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel telah gagal memenuhi permintaan, dan dalam banyak hal telah mengambil arah yang berlawanan.
"Israel tidak hanya gagal memenuhi kriteria AS yang mengindikasikan dukungan terhadap respons kemanusiaan, tetapi juga mengambil tindakan yang secara dramatis memperburuk situasi di lapangan, khususnya di Gaza Utara," kata sekelompok delapan organisasi, termasuk OXFAM, Save the Children, dan Norwegian Refugee Council, dalam laporan setebal 19 halaman.
"Orang-orang di Gaza kelaparan: operasi militer Israel telah menolak memberikan bantuan pangan penting dan kebutuhan pokok, yang pada gilirannya menyebabkan kondisi yang mendekati kelaparan bagi 800.000 warga sipil Palestina di seluruh Gaza," mereka menambahkan.
Gedung Putih belum memberikan komentar mengenai masalah ini. (Antariska)