Menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 3 December 2024 09:54
Tel Aviv: Menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, telah melarang panggilan untuk salat atau azan, dengan alasan bahwa suara dari masjid-masjid akan “mengganggu” warga Israel.
Ben-Gvir mengatakan bahwa kebijakan tersebut diperkenalkan bersama dengan menteri ekstremis lainnya, Idit Silman, yang mengatakan bahwa adzan yang dikumandangkan di masjid-masjid merupakan “suara yang tidak masuk akal”. Menurt Ben-Gvir, membiarkan azan terus dikumandangkan merupakan sebuah tanda “pelanggaran hukum”.
“Saya bangga untuk memperkenalkan kebijakan ini dan melarang azan, yang biasanya berlangsung sekitar dua menit. Azan adalah ‘bahaya’bagi warga Israel yang tinggal di dekat masjid,” ujar Ben-Gvir di X, seperti dikutip The New Arab, Selasa 3 Desember 2024.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa menteri ekstremis tersebut telah meminta polisi untuk menegakkan perintahnya dengan memasuki kompleks masjid, menyita pengeras suara dan mengeluarkan denda jika digunakan.
Pemimpin United Arab List (Partai Arab Bersatu), Mansour Abbas, mengatakan bahwa Ben-Gvir “berusaha mengobarkan api dan menyeret warga Arab Muslim untuk menanggapi provokasinya”.
Dalam tulisannya di X, Abbas berkata: "Dia gagal di Masjid Al-Aqsa dan hari ini mencoba memprovokasi semua masjid. Ben Gvir terus-menerus mencoba menyabotase kehidupan umum di negara ini, dan sudah saatnya untuk mengakhirinya."
Namun tidak semuanya mendukung Ben-Gvir. Anggota Knesset Israel, Gilad Kariv, mengatakan bahwa menteri tersebut "membahayakan" Israel, dengan menyatakan bahwa ia melakukan "segala hal untuk menyulut api."
"Anak nakal ini tidak akan berhenti sampai satu korek api akhirnya menyalakan tong kayu itu," tulis Kariv di X.
Ben-Gvir memimpin salah satu dari dua partai nasionalis-religius garis keras di parlemen koalisi Israel dan dikenal karena pernyataan-pernyataannya yang menghasut, bahkan yang bertentangan dengan pemerintah sayap kanan Israel, seperti upaya mengubah status quo akses dan kontrol atas kompleks Masjid Al-Aqsa.
Kantor Netanyahu segera mengeluarkan pernyataan pada bulan Agustus setelah menteri tersebut mengatakan dia akan membangun sinagoga di Masjid Al-Aqsa, setelah mengulangi seruan bagi orang Yahudi untuk berdoa di masjid yang terletak di Yerusalem yang diduduki.
Menteri tersebut juga memicu kemarahan karena memimpin penggerebekan yang melibatkan ribuan warga Israel ke tempat suci, di mana para ekstremis dan pemukim Yahudi melakukan ritual. (Antariska)