Kepala BNPT Sebut Sel-sel Terorisme Semakin Kuat

Kepala BNPT Komjen Mohammed Rycko Amelza Dahniel. Foto: Medcom.id/Siti Yona.

Kepala BNPT Sebut Sel-sel Terorisme Semakin Kuat

Siti Yona Hukmana • 20 February 2024 16:16

Jakarta: Kepala Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko Amelza Dahniel menyebut sel-sel terorisme di Indonesia semakin kuat. Hal ini disampaikannya dalam rapat kerja nasional (rakernas) 2024.

"Terjadi peningkatan penguatan sel-sel terorisme yang ditunjukan semakin meningkatnya jumlah pelaku yang ditangkap dan jumlah penyitaan senjata, amunisi, dan bahan peledak dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Rycko dalam paparannya di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa, 20 Februari 2024.

Rycko melanjutkan juga terjadi peningkatan fundraising atau pengumpulan dana dengan berbagai cara dan memanfaatkan berbagai momentum. Kemudian, terjadi peningkatan proses radikalisasi dengan sasaran tiga kelompok rentan, yaitu perempuan, anak-anak dan remaja.

"Proses radikalisasi dilakukan secara sistematis, masif dam terencana, dengan memanfaatkan jumlah keagamaan dan memanipulasi simbol-simbol dan atribut agama," ungkap mantan Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri itu.
 

Baca juga: 

Zero Terrorist Attack Sepanjang 2023">BNPT: Indonesia Zero Terrorist Attack Sepanjang 2023


Selain itu, jenderal polisi bintang tiga ini menyebut terjadi perubahan pola serangan terorisme. Yakni gerakannya dari yang hard menjadi soft approach.

Meski sel-sel terorisme meningkat, Rycko mengatakan tidak ada serangan teroris pada 2023. Dia menampilkan data pada layar yang memperlihatkan jumlah aksi terorisme dari 2018-2023.

Pada 2018 ada 19 aksi terorisme, pada 2019 dan 2020 masing-masing ada 11 aksi terorisme, pada 2021 ada aksi terorisme, pada 2022 ada 2 aksi terorisme. Terakhir, pada 2023 nihil aksi terorisme.

"Alhamdulillah sepanjang tahun 2023 tidak ada satupun serangan teroris secara terbuka yang terjadi di indonesia, atau zero terrorist attack," ucal Rycko

Namun, dia tetap meminta semua pihak waspada. Menurutnya, serangan terbuka hanyalah fenomena yang muncul di atas permukaan, sebagaimana teori gunung es.

"Sementara itu di bawah permukaan terjadi tren peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi," pungkasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)