Ilustrasi kilang minyak. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 3 September 2024 12:38
Libya: Produksi minyak OPEC turun pada Agustus ke titik terendah sejak Januari. Hal ini karena kerusuhan yang mengganggu pasokan Libya, sehingga menambah dampak pemotongan pasokan sukarela yang sedang berlangsung oleh anggota lain dan aliansi OPEC+ yang lebih luas.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memompa 26,36 juta barel per hari bulan lalu, turun 340 ribu barel per hari dari Juli. Ini adalah jumlah terendah sejak Januari 2024, menurut survei Reuters.
"Penurunan ekspor dan produksi Libya di tengah pertikaian antara faksi-faksi politik atas kendali bank sentral telah membantu mendongkrak harga minyak dan, OPEC meningkatkan prospek bahwa OPEC+ akan melanjutkan kenaikan produksi yang direncanakan mulai Oktober," kata sumber dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 3 September 2024.
Libya mengalami kehilangan pasokan terbesar bulan lalu sebesar 290 ribu barel per hari, menurut survei tersebut.
Produksi terganggu di ladang Sharara di awal bulan dan di ladang lainnya menjelang akhir bulan, sehingga memangkas produksi menjadi rata-rata 900 ribu barel per hari, menurut survei tersebut.
Beberapa data arus, seperti data Kpler, menunjukkan dampak kecil pada ekspor Libya pada Agustus, meskipun sumber dalam survei memperkirakan dampak produksi lebih signifikan.
Pengecualian terhadap Libya
Libya dikecualikan dari perjanjian OPEC+ untuk membatasi produksi. Penurunan lainnya berasal dari Irak, yang menurunkan ekspor pada bulan Agustus menurut survei dan berupaya meningkatkan kepatuhan terhadap target OPEC, dan dari Iran yang juga dikecualikan.
Iran telah meningkatkan ekspor dalam beberapa tahun terakhir meskipun sanksi AS masih berlaku dan masih memompa mendekati level tertinggi sejak 2018.
Di antara negara-negara yang mencatatkan produksi lebih tinggi, ada sedikit peningkatan di Nigeria yang mendorong ekspor, menurut survei tersebut.
OPEC memompa sekitar 220 ribu barel per hari lebih banyak dari target tersirat untuk sembilan anggota yang tercakup dalam perjanjian pemotongan pasokan, dengan Irak masih menyumbang sebagian besar kelebihannya, menurut survei tersebut.