Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
Luanda: Keputusan Angola untuk keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dapat membuka jalan bagi Tiongkok untuk meningkatkan investasi di sektor minyak dan sektor lainnya di negara tersebut.
Angola mengatakan akan meninggalkan OPEC, efektif mulai 1 Januari, menyusul perselisihan dengan kelompok produsen tersebut mengenai besaran kuota produksinya. Angola, yang 90 persen ekspornya berasal dari minyak, sedang berupaya mendiversifikasi perekonomiannya.
“Tiongkok menonjol sebagai mitra penting kami,” kata Menteri Luar Negeri Angola Tete Antonio saat berkunjung ke Beijing ketika perjanjian tersebut ditandatangani dikutip dari
Channel News Asia, Minggu, 24 Desember 2023.
Antonio mengatakan Angola mengakui pentingnya teknologi, tenaga kerja terampil dan kemitraan strategis yang dapat membantu negara tersebut beralih dari minyak, dan menyerukan lebih banyak investasi Tiongkok khususnya di sektor kopi, baterai, dan energi surya di negara tersebut.
Angola telah mengupayakan kuota produksi OPEC yang lebih tinggi. Kuota OPEC dirancang untuk mendukung harga minyak global namun dapat membatasi kemampuan produsen untuk menarik investasi minyak untuk mendorong kapasitas produksi. Dengan demikian, setelah keluar dari OPEC, Angola akan meraih kebebasan untuk menaikan produksi sehingga dapat memungkinkan Tiongkok untuk meningkatkan perannya di sektor minyak.
“Jika mereka merasa ada ruang bagi mereka untuk mencari investasi baru dari Tiongkok guna meningkatkan produksi minyak, maka mungkin itulah sumber motivasi untuk kembali terlibat dengan Tiongkok,” kata Manajer Portofolio di William Blair Yvette Babb.
Investasi Tiongkok
Tiongkok mempunyai kepentingan dalam upaya Angola untuk merombak perekonomiannya karena Luanda berutang kepada kreditor Tiongkok dibawah USD21 miliar. Perusahaan-perusahaan Tiongkok hanya berinvestasi sebesar USD14 miliar di Angola selama satu dekade terakhir, yang sebagian besar investasinya di bidang energi.
Tahun ini, investasi Tiongkok ke Angola terdiri dari USD250 juta dari PowerChina, sebuah perusahaan teknik sipil milik negara, untuk mengembangkan infrastruktur telekomunikasi Angola, menurut data dari wadah pemikir American Enterprise Institute. Pada tahun 2021, perusahaan melakukan dua investasi terpisah sebesar USD160 juta dan USD150 juta ke sektor transportasi dan layanan kesehatan Angola.
“Kami selalu berharap untuk memajukan kerja sama praktis dengan Angola berdasarkan kesetaraan serta saling menguntungkan,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin mengatakan pada konferensi pers reguler di Beijing pada hari Jumat.
Dalam upaya terbarunya untuk memperdalam hubungan dan pengaruh ekonominya di Afrika, Tiongkok akan menawarkan enam negara, termasuk Angola, akses bebas tarif ke pasar konsumen yang sangat besar ke negari tirai bambu itu mulai tanggal 25 Desember 2023.