Sebuah rudal yang dilepaskan ke udara. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 17 September 2024 09:26
Sanaa: Kelompok Houthi Yaman pada Senin 16 September 2024 mengungkap sistem rudal baru. Houthi klaim rudal itu memiliki kemampuan hipersonik, hanya satu hari setelah meluncurkan serangan rudal jauh ke wilayah Israel.
Rudal tersebut, yang dijuluki ‘Palestina-2’ terungkap melalui rekaman yang dirilis oleh saluran al-Masirah yang dikelola Houthi. Menurut Houthi, mereka memamerkan teknologi canggih yang dirancang untuk menantang sistem pertahanan regional.
Video tersebut menggambarkan rudal ‘Palestina-2’ yang diangkat pada apa yang tampak seperti peluncur bergerak dan dengan cepat naik ke udara, meninggalkan gumpalan asap putih di belakangnya. Nama rudal tersebut ditampilkan dengan jelas, disertai dengan ‘Hipersonik’ dalam huruf merah tebal.
Pengungkapan senjata Houthi ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut dan telah menuai tanggapan tajam dari para pemimpin Israel.
“Palestine-2 memiliki jangkauan yang mengesankan sejauh 2.150 kilometer dan ditenagai oleh bahan bakar padat dalam dua tahap,” ujar pernyataan Houthi, seperti dikutip Shine.
Mereka menegaskan bahwa rudal tersebut dapat mencapai kecepatan hingga Mach 16 -,atau16 kali kecepatan suara,- menempatkannya dalam kategori hipersonik jika diverifikasi.
Kelompok Houthi selanjutnya mengklaim rudal tersebut dilengkapi dengan teknologi siluman dan memiliki kemampuan manuver yang diduga melampaui bahkan "sistem pertahanan udara paling canggih di dunia, termasuk Iron Dome milik Israel yang terkenal."
Klaim-klaim ini, jika dibuktikan, akan menjadi lompatan signifikan dalam teknologi rudal Houthi dan berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa pernyataan ini belum diverifikasi secara independen, dan pakar militer Yaman setempat sering kali menanggapi klaim tersebut dengan tingkat skeptisisme dan kehati-hatian.
Pengungkapan ini menyusul eskalasi signifikan dalam konflik yang sedang berlangsung. Pada hari Minggu, kelompok Houthi mengonfirmasi bahwa mereka telah melancarkan serangan jauh ke wilayah Israel, dengan mengklaim telah menggunakan "rudal balistik hipersonik baru."
Dalam pidato yang disiarkan melalui saluran al-Masirah pada hari Minggu, pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi menyatakan, "Operasi kami akan terus berlanjut selama agresi dan pengepungan di Gaza terus berlanjut."
Ia lebih lanjut menekankan komitmen kelompok tersebut terhadap tujuan mereka, dengan menegaskan bahwa kelompok tersebut "bergerak untuk berbuat lebih banyak, dan apa yang akan datang lebih besar."
Al-Houthi juga merujuk pada operasi maritim yang sedang berlangsung, menggambarkannya sebagai "berhasil dan sangat efektif" dalam menargetkan navigasi yang terkait dengan Israel dan sekutunya. Menanggapi serangan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan peringatan keras pada hari Minggu, dengan menyatakan bahwa Houthi akan menghadapi "harga yang mahal" atas tindakan mereka terhadap Israel.
"Pagi ini, Houthi meluncurkan rudal permukaan-ke-permukaan dari Yaman ke wilayah kami," kata Netanyahu kepada para menteri kabinetnya di awal pertemuan mingguan mereka.
"Siapa pun yang menyerang kami tidak akan luput dari murka kami,” sebut Netanyahu.
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar menyampaikan rasa terima kasih kepada kelompok Houthi Yaman atas serangan rudal jarak jauh mereka baru-baru ini terhadap Israel melalui pesan resmi yang dilaporkan oleh TV al-Masirah pada hari Senin.
"Saya mengucapkan selamat atas keberhasilan Anda dalam mencapai kedalaman entitas musuh dengan rudal Anda, melewati semua perisai udara dan sistem pertahanan Israel," kata Sinwar.
Perkembangan terbaru ini merupakan bagian dari serangkaian konfrontasi antara kelompok Houthi dan Israel. Pada bulan Juli, Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak di Tel Aviv, yang menyebabkan serangan udara balasan Israel di daerah-daerah dan lokasi-lokasi penting yang dikuasai Houthi di Yaman, termasuk kota pelabuhan strategis Hodeidah.
Konflik yang sedang berlangsung telah mencakup beberapa serangan oleh kelompok Houthi terhadap target-target di Israel selatan dan kapal-kapal yang terkait dengan Israel di wilayah Laut Merah.