Jika Tak Ada Terobosan, Target Pertumbuhan Ekonomi Prabowo Sulit Terealisasi

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Jika Tak Ada Terobosan, Target Pertumbuhan Ekonomi Prabowo Sulit Terealisasi

Naufal Zuhdi • 18 September 2024 10:25

Jakarta: Target pertumbuhan ekonomi Presiden terpilih Prabowo Subianto yang berada di angka 5,2 persen dinilai sulit untuk direalisasikan.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Mohammad Faisal mengatakan, target tersebut sangat menantang dan juga berat diwujudkan saat awal pemerintahan Prabowo lantaran ketidakpastian global yang memengaruhi perekonomian nasional.

"Tapi saya tidak ingin itu tidak mungkin karena sebetulnya potensi Indonesia untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi bahkan sampai 6-7 persen itu ada, asalkan dengan cara dan strategi yang tepat, yang membutuhkan terobosan, yang tidak business as usual, yang tidak sama dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan sebelumnya," kata Faisal dilansir Media Indonesia, Rabu, 18 September 2024.

 
Baca juga: 

Satu Dekade, Pembangunan Infrastruktur Diklaim Kerek Pertumbuhan Ekonomi

 
Pemerintahan Prabowo tetap menerapkan skema pendekatan yang dilakukan Jokowi

Meskipun demikian, Faisal menegaskan apabila pemerintahan Prabowo tetap menerapkan skema pendekatan ataupun kebijakan yang sama dilakukan oleh Presiden Joko Widodo diperkirakan target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen sulit tercapai.

"Kita pernah memang sampai (pertumbuhan ekonomi) 5,3 persen di 2022 itu karena memang dorongan eksternal, bukan karena dorongan kebijakan yaitu dari harga komoditas yang melambung tinggi yang mempengaruhi ekspor dan surplus perdagangan dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi," jelas dia.

Ia menyebut untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai target, diperlukan perubahan pendekatan sektor-sektor tertentu sebagai daya ungkit.

"Bukan hanya menentukan sektor mana yang menjadi unggulan tapi cara untuk menyebarkan, mendistribusikan perekonomian, kesejahteraan dan mendorong daya beli masyarakat harus menggunakan strategi yang tepat," tutur dia.

Menurutnya sektor-sektor utama seperti industri manufaktur dan pertanian harus menjadi unggulan. Sebab, itu menjadi penyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto (GDP) dan pertumbuhan ekonomi.


"Di samping itu juga penyedia lapangan kerja juga harus makin banyak, jadi dua sektor utama ini harus menjadi panglima," imbuh dia. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)