Ilustrasi infrastruktur. Foto: MI/Angga Yuniar
Andhika Prasetyo • 3 September 2024 18:59
Jakarta: Staf Ahli Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan, sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja menegaskan pembangunan
infrastruktur adalah kebutuhan mendasar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mempersiapkan Indonesia menuju status negara maju pada 2045.
Dalam satu dekade terakhir, pembangunan infrastruktur menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial.
Melalui berbagai proyek infrastruktur strategis, pemerintah berhasil menciptakan konektivitas yang lebih baik, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan memperkuat daya saing di mata investor global.
“Infrastruktur yang kita bangun bukan untuk gagah-gagahan, melainkan untuk mengejar ketertinggalan,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema Mengawal 10 Tahun Pembangunan Infrastruktur, dilansir Media Indonesia, Selasa, 3 September 2024.
Menurutnya, salah satu dampak signifikan pembangunan infrastruktur adalah peningkatan konektivitas nasional.
Dengan adanya jalan tol baru yang menghubungkan berbagai daerah, waktu tempuh jadi lebih efisien, dan aktivitas ekonomi semakin lancar.
Capaian pembangunan infrastruktur juga berdampak positif pada posisi Indonesia di kancah global. Peningkatan peringkat daya saing global Indonesia, khususnya di sektor infrastruktur, menunjukkan bahwa negara ini semakin diperhitungkan dalam kompetisi internasional.
Tantangan ke depan makin kompleks
Namun, Endra juga mengingatkan tantangan ke depan semakin kompleks, terutama dalam memastikan infrastruktur yang dibangun mampu bertahan menghadapi segala perubahan cuaca dan bencana alam. Terlebih, di tengah perubahan iklim ekstrim yang semakin mengkhawatirkan, upaya untuk memastikan ketersediaan pangan dan air sepanjang tahun makin mendesak.
Maka dari itu, Endra melanjutkan, pembangunan bendungan dan irigasi juga berperan penting dalam ketahanan pangan dan air, yang merupakan elemen krusial bagi stabilitas dan kesejahteraan nasional. Dalam 10 tahun terakhir, pemerintah membangun 61 bendungan untuk memastikan ketersediaan air sepanjang musim, tetapi ini belum cukup.
"Kita baru mencapai 19 persen dari total sawah yang memiliki irigasi teknis. Ini berarti kita masih harus membangun lebih banyak lagi," ujar dia.
Menurutnya, pembangunan lebih banyak bendungan dan jaringan irigasi menjadi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan memastikan ketahanan pangan.
Di samping ketahanan pangan, ketahanan air juga jadi perhatian utama, terutama di tengah ancaman perubahan iklim. Endra menjelaskan bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara maju dalam hal penyimpanan air.
“Kita hanya memiliki sekitar 300 bendungan besar, sementara Tiongkok memiliki 90 ribu bendungan besar,” ucap dia.
Untuk mengatasi itu, pemerintah terus membangun infrastruktur pengelolaan air, termasuk bendungan, embung, dan jaringan irigasi.
Pembangunan infrastruktur di Indonesia mencapai banyak hal, tetapi perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 masih panjang. Dibutuhkan komitmen dan kolaborasi kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memastikan setiap pembangunan memberikan manfaat maksimal bagi rakyat dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.
"Dengan kondisi infrastruktur yang sudah dibangun dalam 10 tahun terakhir, Indonesia memiliki potensi besar menjadi negara maju yang berdaya saing tinggi. Namun, ini hanya bisa terwujud jika upaya pembangunan terus dilakukan berkelanjutan dan inklusif, dengan memperhatikan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat," tutur dia.