Jet tempur J-15 milik Tiongkok. Foto: VCG
Fajar Nugraha • 8 December 2025 09:33
Tokyo: Ketegangan Jepang dan Tiongkok berlanjut ke udara. Jet tempur J-15 Tiongkok mengunci jet F-15 Jepang menggunakan radar.
Hal ini mengindikasikan potensi kesiapan untuk menyerang, ketika pesawat tersebut terbang di perairan internasional. Hal tersebut memicu pertentangan antar kedua negara.
Jepang mengatakan pada Sabtu, bahwa pesawat Tiongkok mengarahkan radarnya ke pesawat Jepang di atas perairan internasional. Sementara itu, Tiongkok menuduh jet tempur Jepang menganggu latihan udaranya
"Penerangan radar adalah tindakan berbahaya yang melampaui batas yang diperlukan untuk keselamatan penerbangan pesawat. Hal ini sangat disesalkan. Kami telah mengajukan protes keras kepada Tiongkok dan menuntut tindakan untuk mencegah terulangnya kejadian ini," ujar Perdana Menteri Sanae Takaichi kepada para wartawan, seperti dikutip Militarnyi, Senin, 8 Desember 2025.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Jepang, Shinjiro Koizumi menjelaskan, bahwa J-15 Tiongkok telah menargetkan jet F-15 Jepang secara berkala di atas perairan tenggara Prefektur Okinawa.
Insiden pertama terjadi tak lama setelah pukul 16.30 pada hari Sabtu, ketika pesawat Tiongkok menargetkan F-15 Jepang selama tiga menit. Lalu insiden kedua terjadi sekitar dua jam kemudian, berlangsung selama 30 menit, ketika J-15 menargetkan F-15 lainnya, seraya mengerahkan jet F-15 Jepang untuk memverifikasi jet J-15 Tiongkok tidak mendekati wilayah udara Jepang.
Seorang juru bicara angkatan laut Tiongkok, mengatakan pesawat Pasukan Bela Diri Jepang berulang kali mendekati dan menganggu jet tempur Tiongkok selama pelatihan, membahayakan keselamatan penerbangan. Insiden ini diperkirakan, meningkatkan ketegangan antara kedua negara, yang telah meningkat sejak Perdana Menteri Jepang pada November mengatakan, bahwa serangan Tiongkok terhadap Taiwan dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan hidup Jepang.
Saat itu, Perdana Menteri Takaichi menyampaikan dalam sidang komite anggaran DPR, jika keadaan darurat di Taiwan disertai tindakan militer dari pihak lain, seperti blokade angkatan laut, Pemerintah Jepang dapat menganggapnya sebagai ancaman eksistensial dan akan mengambil langkah-langkah pertahanan diri kolektif.
Pernyataan tersebut berkembang signifikan dalam kebijakan Jepang, seraya Direktur Jenderal Indo-Pacific Strategy Think That, Akio Yaita, menyebutnya sebagai titik balik sejarah yang memunculkan pertahanan Jepang yang baru.
Tiongkok menuduh Jepang mencampuri urusan dalam negerinya dan memberlakukan langkah-langkah yang ekonomi dan diplomatik, menuntut pernyataan tersebut ditarik, tetapi Perdana Menteri Jepang menolak dan mengatakan posisinya tidak berubah. Kemudian Tiongkok menyarankan warganya untuk tidak berpergian ke Jepang, mengajukan nota protes kepada PBB, dan meminta negara-negara lain untuk menegaskan kembali dukungan terhadap prinsip satu Tiongkok.
Sementara itu, surat kabar Yomiuri, memperoleh izin Tiongkok untuk mengimpor mineral, termasuk rare eartis. Ditengah ketegangan ini, pada pertengahan November, empat kapal. Penjaga Pantai Tiongkok, memasuki perairan teritorial Jepang di Laut China Timur, dekat kepulauan Senkaku, Prefektur Okinawa, yang dianggap Beijing sebagai wilayah Sengketa.
(Kelvin Yurcel)