INA: Peluang Investasi Asia Ada pada Detail Mikro, Bukan Angka Rata-rata

Ilustrasi. Foto: dok DADA.

INA: Peluang Investasi Asia Ada pada Detail Mikro, Bukan Angka Rata-rata

Al Abrar • 2 December 2025 19:07

Jakarta: CEO Indonesia Investment Authority (INA), Ridha Wirakusumah, menegaskan pentingnya memahami dinamika mikro dalam lanskap investasi Asia sebagai strategi utama membaca peluang pertumbuhan ekonomi kawasan. Hal itu disampaikan Ridha dalam plenary board Changemakers: A New Asia pada FII Priority Asia Summit yang berlangsung di Tokyo.

Dalam forum yang dihadiri pimpinan lembaga global di sektor perbankan, investasi institusional, teknologi frontier, hingga pemerintahan tersebut, Ridha menyampaikan bahwa Asia tidak dapat dianalisis hanya melalui indikator rata-rata atau data agregat.

“Asia akan tumbuh pesat. Namun, potensi pertumbuhan itu tidak bisa dibaca hanya dari headline  Setiap negara dan bahkan wilayah di dalamnya bergerak dengan dinamika berbeda. Peluang terbesar justru ada pada pemahaman detail implementasi dan eksekusi bernilai jangka panjang," kata dia, dalam keterangan tertulis, Selasa, 2 Desember 2025.

Menurut Ridha, data agregat sering kali menyembunyikan realitas lapangan, sehingga investor perlu memperhatikan ketimpangan, keragaman, serta indikator mikro di tiap sektor dan wilayah.

Infrastruktur Asia Masih Menyimpan Peluang Besar


Ridha mencontohkan kesenjangan fasilitas pergudangan di Asia sebagai salah satu area investasi yang potensial. Jepang memiliki sekitar 30 juta meter persegi gudang modern, sementara Indonesia memiliki skala serupa tetapi hanya sebagian kecil yang memenuhi standar keselamatan dasar, termasuk sistem water sprinkler.

“Data ini bukan untuk menunjukkan ketertinggalan, tetapi untuk menegaskan besarnya ruang modernisasi di Asia—khususnya pada rantai pasok dan infrastruktur industri,” jelas dia.
 
Dalam isu energi dan perubahan iklim, Ridha mengingatkan bahwa kebutuhan energi akan meningkat seiring adopsi kecerdasan buatan (AI) dan teknologi frontier lain. Namun, transformasi energi harus berjalan adil dan bertahap.

“Solusi seperti panas bumi hanya dapat diperluas secara inklusif ketika teknologi dan pembiayaan bekerja bersama,” tegas dia.

INA Fokus pada Eksekusi, Bukan Sekadar Penyedia Modal


Ridha menyebut INA tidak hanya berperan sebagai penyedia modal, melainkan mitra pelaksana pembangunan. INA kini bermitra dengan sekitar 15 institusi global dan telah menyelesaikan lebih dari 20 kerja sama dalam empat tahun terakhir.

“Kami bekerja untuk membangun gudang modern, memperkuat logistik, dan mempercepat modernisasi industri. Namun, upaya ini baru menyentuh permukaan,” kata Ridha.

Menurut Ridha, setidaknya ada tiga prinsip INA sebagai panduan operasional. Pertama, yakni trust berbasis mutual respect. Kedua, pengukuran impact investasi secara disiplin. Terakhir yaitu execution yang kuat untuk mengurangi pemborosan (waste reduction) dan menciptakan nilai jangka panjang.

“Ketiga prinsip ini harus diterapkan untuk memastikan modal dan teknologi menghasilkan dampak yang efisien dan bernilai jangka panjang bagi generasi mendatang. Membenahi Asia tidak berhenti pada satu lompatan besar, tetapi melalui detail eksekusinya,” ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Al Abrar)