AS Akan Tangguhkan Proses Suaka untuk Waktu Lama usai Penembakan di Washington

Pencari suaka hendak menaiki sebuah bus di Belanda untuk bertolak menuju negara tujuan mereka. (EPA-EFE)

AS Akan Tangguhkan Proses Suaka untuk Waktu Lama usai Penembakan di Washington

Muhammad Reyhansyah • 1 December 2025 17:01

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu, 30 November 2025, menyatakan bahwa pemerintahannya berencana menghentikan proses suaka untuk “waktu yang lama” menyusul penembakan mematikan di dekat Gedung Putih yang melibatkan seorang warga negara Afghanistan.

“Saya pikir untuk waktu yang lama,” ujar Trump kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One dalam perjalanan kembali ke Washington, DC, dari Florida, tempat ia menghabiskan libur Thanksgiving di kediamannya, Mar-a-Lago.

Saat diminta menjelaskan durasi penghentian tersebut, Trump menegaskan bahwa AS tidak ingin menghadapi persoalan tambahan. “Kami sudah punya cukup banyak masalah. Kami tidak menginginkan orang-orang itu,” katanya.

Ketika ditanya apakah penangguhan tersebut akan berlangsung satu hingga dua tahun, Trump menjawab, “Tidak ada batas waktu, tetapi bisa berlangsung lama.”

Mengutip Anadolu Agency, Senin, 1 Desember 2025, Trump menyebut kebijakan tersebut akan ditujukan kepada migran dari negara-negara yang ia sebut “sangat rawan kejahatan” dan “tidak bersahabat dengan kami.” Ia juga menyatakan bahwa sejumlah negara “tidak mampu mengendalikan diri mereka sendiri.”

Trump secara khusus menyinggung Somalia, dengan mengatakan bahwa sebagian warganya “datang ke negara kami dan memberi tahu kami bagaimana menjalankan negara ini,” merujuk pada anggota Kongres dari Partai Demokrat kelahiran Somalia, Ilhan Omar.

Pernyataan ini muncul setelah Rahmanullah Lakanwal, warga negara Afghanistan, diidentifikasi sebagai tersangka dalam insiden penembakan yang menewaskan satu anggota Garda Nasional dan melukai satu orang lainnya di dekat Gedung Putih pada Rabu lalu.

Menurut sejumlah media AS, Lakanwal memasuki Amerika Serikat pada 2021 setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang berlangsung kacau. Ia juga dilaporkan pernah bekerja dengan beberapa lembaga pemerintah AS, termasuk Badan Intelijen Pusat (CIA).

Baca juga:  Mahkamah Agung AS Izinkan Trump Lanjutkan Deportasi Migran ke Negara Ketiga

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)