Kick Andy Goes to Campus: Mengapa Literasi AI Jadi Urgensi Baru bagi Mahasiswa

Kick Andy Goes to Campus yang digelar di Universitas Pelita Harapan (UPH) menghadirkan narasumber Presiden UPH Stephanie Riady (Foto:Dok.MetroTV)

Kick Andy Goes to Campus: Mengapa Literasi AI Jadi Urgensi Baru bagi Mahasiswa

Patrick Pinaria • 29 November 2025 22:02

Jakarta: Perkembangan kecerdasan buatan atau artifical intelligence (AI) terus menjadi perhatian besar di dunia, terutama di Indonesia. Banyak pendapat mengenai kehadiran AI ini, terutama terkait dengan dampaknya bagi generasi muda dan seperti apa mereka menyikapinya.
 
Sorotan ini pun pun dibahas dalam Kick Andy Goes to Campus yang digelar di Universitas Pelita Harapan (UPH). Dalam acara tersebut hadir dua narasumber utama, Presiden UPH Stephanie Riady, dan Ari Sondang selaku VP Data & AI Management Telkomsel, yang memberikan pandangan dari perspektif pendidikan dan industri.
 
Dalam acara itu, Stephanie menegaskan bahwa AI bukan sekadar ancaman atau peluang, melainkan sebuah tanggung jawab yang harus disikapi dengan bijak.
 
"Mungkin menurut saya kata pertama yang muncul kalau kita mikir AI itu tanggung jawab,” ujarnya.
 
"Perubahan selalu membawa hal yang positif, tapi juga bisa membawa hal yang negatif. Jadi kita harus melihat dan menyikapi AI dengan hati-hati, dengan tanggung jawab," ujar Stephanie.
 


Sementara itu, Ari Sondang menegaskan bahwa AI kini sudah menjadi bagian dari kehidupan dan industri modern.
 
“AI memang sudah masuk ke dalam dan kita tidak bisa keluar atau kita tidak bisa men-deny apa yang terjadi hari ini,” ujarnya.
 
Ari menjelaskan bahwa adopsi AI di Indonesia relatif tinggi. Bahkan, menurut beberapa studi internasional, masyarakat Indonesia menunjukkan penerimaan positif terhadap teknologi tersebut. Namun ia mengingatkan adanya kesenjangan pada sisi kesiapan sumber daya manusia.
 
“Yang jadi kendala memang kalau kita lihat dari AI readyness, itu masih rendah. Jadi yang perlu kita lakukan bagaimana kita mem-balance antara demand yang tinggi ini dengan supply. Salah satunya adalah terkait dengan sumber daya manusianya," kata Ari.
 

AI sebagai Pola Pikir, Bukan Sekadar Teknologi

 
Ari Sondang menjelaskan bahwa AI berbeda dengan teknologi lain karena sifatnya yang lintas disiplin. “AI masuk di semua bidang. Karena AI bagian dari pola pikir. Jadi dengan sederhananya sebenarnya saya menyampaikan bahwa bagi Telkomsel, AI itu adalah bentuk matematika-matematika baru dari sebuah data dan knowledge,” katanya.
 
Menurutnya, setiap jurusan memiliki knowledge base masing-masing, dan AI membantu menganalisis serta mengoptimalkan pengetahuan itu untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
 

Mendorong Generasi Muda jadi Kreator, Bukan Sekadar Pengguna

 
Telkomsel menilai masih ada kesenjangan besar dari level pengguna hingga ke level kreator teknologi. Karena itu, berbagai program dirancang untuk meningkatkan kualitas talenta muda Indonesia.
 
“Awareness ini perlu dibangun. Telkomsel melalui AI Academy maupun AI for Indonesia program, kami melakukan banyak training seperti Indonesia Next, talent scouting dan kami juga menyediakan hub untuk bertemunya antara mahasiswa, praktisi dan juga industri supaya bisa sama-sama mengembangkan AI,” ucap Ari.
 
Ari menekankan bahwa peningkatan literasi AI adalah fondasi sebelum seseorang naik ke tingkat co-creator atau creator teknologi.
 
Dalam kesempatan itu, Ari juga memaparkan ekosistem yang dibangun Telkomsel untuk pengembangan teknologi AI. “Kalau kita lihat AI di Telkomsel itu dibangun dengan tiga pilar yakni consumer, vertical industri, dan ekosistem network,” ujarnya.
 
Dengan basis 160 juta pelanggan, Telkomsel mengembangkan AI untuk personalisasi layanan seperti yang terlihat pada Metacomsel. Selain itu, Telkomsel juga bekerja sama dengan industri vertikal seperti health care, smart mining, mobilitas berbasis IoT, hingga kendaraan listrik yang menggunakan SIM card Telkomsel.
 

Kolaborasi: Kunci agar Indonesia Tidak Tertinggal

 
Terkait posisi Indonesia dalam percaturan global, Ari menyebut bahwa Indonesia masih berada di bawah Singapura dari sisi kesiapan. Namun ia melihat peluang besar dari tingginya permintaan teknologi dan potensi kolaborasi.
 
“Kita tidak bisa sendiri. Artinya di sini kita butuh bekerja sama antara akademik, regulatory, dan industri seperti Telkomsel maupun industri lainnya," ucapnya.
 
Ia menegaskan pentingnya playground atau ruang eksperimen bagi mahasiswa mulai dari GPU, cloud, hingga akses data yang hanya bisa terwujud jika dunia pendidikan dan industri bersinergi.
 
“Sehingga kolaborasi ini bisa menghasilkan peningkatan indeks terhadap AI nasional yang lebih baik lagi dan kita gak ketinggalan. Kita bisa menjadi kreator atau setidaknya co-creator," kata Ari.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Rosa Anggreati)