Diskusi saat Hari Jantung se-dunia di Tangerang Selata. Metrotvnews.com/ Hendrik Simorangkir
Hendrik Simorangkir • 29 September 2025 12:13
Tangerang: Penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, dengan lebih dari 20,5 juta kasus kematian setiap tahunnya. Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor pendorong terkuat terjadinya penyakit jantung.
Bukti global menunjukkan indeks massa tubuh tinggi (BMI ?25 kg/m²) menjadi faktor risiko metabolik utama yang bertanggung jawab atas jutaan kasus penyakit jantung iskemik, penyakit jantung akibat hipertensi, serta stroke setiap tahunnya.
Faktanya BMI tinggi secara konsisten menempati peringkat bersama tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi sebagai tiga penyebab utama penyakit jantung di seluruh dunia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menekankan kembali urgensi tindakan tersebut.
"Prevalensi penyakit jantung di Indonesia terus meningkat dan menimbulkan beban ekonomi yang sangat besar, khususnya penyakit jantung koroner yang sangat terkait dengan BMI tinggi. Kementerian Kesehatan, melalui Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Obesitas, menegaskan pengurangan obesitas sangat penting untuk menurunkan beban penyakit kardiovaskular pada populasi kita," kata Nadia dalam keterangan pers, Senin, 29 September 2025.
Nadia menjelaskan perkembangan teknologi pun menjadi faktor yang membuat pola hidup dan pola makan masyarakat menjadi berubah. Seharusnya, kata Nadia, masyarakat bisa memanfaatkan teknologi untuk mengukur tingkat aktivitas gerak yang dilakukan setiap hari.
"Karena kalau zaman dahulu kita kalau mau makan itu pasti ibu masak di rumah, atau kalau mau ke warung makan itu kita bergerak jalan. Kalau sekarang kan itu kita tinggal gunakan telepon selular, terus beberapa menit kemudian makanan datang. Kita enggak masalah memanfaatkan kemajuan teknologi, tapi ingat masih banyak yang bisa dimanfaatkan. Misalnya ngukur setiap langkah kita setiap hari itu minimal 10 ribu langkah," jelas Nadia.
Sementara InfoComm Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Vito A. Damay, mengatakan perubahan gaya hidup tetap menjadi pilar utama dalam penanganan obesitas dan penyakit kardiovaskular. Namun baik European Society of Cardiology melalui Clinical Consensus on Obesity and Cardiovascular Disease 2024, maupun PNPK Obesitas di Indonesia, mengakui dalam banyak kasus intervensi gaya hidup saja tidak cukup.
"Bagi dokter spesialis jantung, penting untuk memandang obesitas dan penyakit jantung sebagai kondisi kronis yang saling terkait, serta memastikan pasien mendapatkan perawatan komprehensif berbasis bukti yang dapat menurunkan risiko," kata Vito.
Sejalan dengan prioritas pemerintah tersebut, Novo Nordisk Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendukung agenda nasional dalam menurunkan penyakit kardiovaskular dengan menangani obesitas melalui solusi inovatif berbasis bukti ilmiah.
"Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit jantung agar orang Indonesia lebih memahami cara melindungi jantung mereka. Salah satu kontributor terbesar penyakit jantung adalah kelebihan berat badan dan obesitas. Menurunkan berat badan baik melalui perubahan gaya hidup sehat maupun dukungan medis terbukti efektif dalam menurunkan risiko penyakit jantung," jelas General Manager Novo Nordisk Indonesia, Sreerekha Sreenivasan.
Selain itu, kasus penyakit kardiovaskular atau jantung di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya. Sikap acuh masyarakat terhadap pola hidup dan makan, menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menjadi faktor utama terjadinya serangan jantung.
"Padahal, penyakit jantung merupakan jenis penyakit yang tidak menular dan bisa dicegah melalui pola hidup sehat dan konsumsi makanan yang teratur," ungkap Ketua Perki, Ade Meidian Ambari.
Ade menuturkan dalam mencegah penyakit jantung dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti melakukan aktivitas olahraga selama 150 menit per minggu. Tak hanya olahraga, pola makan yang teratur juga menjadi faktor penting dalam mencegah terjadinya penyakit jantung.
"Misalnya olahraga yang ringan-ringan seperti lari, jalan, naik sepeda, dan sebagainya. Yang penting itu gerak, dan itu kita laksanakan seminggu tiga sampai lima kali," kata Ade.
Ade menjelaskan makanan-makanan asin, berlemak, dan kebiasaan merokok merupakan hal yang harus dihindari karena dapat memicu terjadinya penyakit jantung. Sebab Ade menambahkan unsur natrium yang terkandung dalam garam dapat menahan cairan dalam tubuh yang memicu naiknya tekanan darah.
"Satu lagi faktor yang resiko paling besar adalah kebiasaan merokok. Karena rokok itu bisa membuat kerusakan pada dinding pembuluh darah. Ini data data statistik yang mengatakan. Tapi itu semua bisa dicegah, karen penyakit ini yang tidak menular," ungkap Ade.