Dukung Sektor Kreatif, Amar Bank Sokong Industri Film Indonesia

Ilustrasi. Foto: Dok istimewa

Dukung Sektor Kreatif, Amar Bank Sokong Industri Film Indonesia

Eko Nordiansyah • 8 July 2025 11:58

Jakarta: PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank) menaruh perhatian ke industri kreatif terutama industri perfilman Indonesia dengan menjadi mitra utama dari perhelatan JAFF Market 2025 powered by Amar Bank yang diselenggarakan pada 29 November hingga 1 Desember 2025.

Keikutsertaan Amar Bank ini bukan hanya tentang memperluas layanan, melainkan tentang memahami secara mendalam bagaimana sektor ini bekerja, apa yang dibutuhkan pelakunya, dan bagaimana perbankan digital bisa menjadi bagian dari penguatan struktur ekosistem yang tepat.

Presiden Direktur Amar Bank Vishal Tulsian menilai industri kreatif, terutama perfilman merupakan sektor strategis dengan potensi pertumbuhan yang besar. Namun menurut dia, sektor ini belum mendapat perhatian yang proporsional dari pelaku industri keuangan untuk berinovasi.

“Keterlibatan Amar Bank di sektor ini bukan semata soal ekspansi layanan, tapi bagian dari komitmen kami untuk mendekatkan teknologi finansial dengan ekosistem kreatif secara utuh. Kami percaya, pertumbuhan industri seperti film akan jauh lebih berkelanjutan,” ujar Vishal dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Juli 2025.
 

Baca juga: 

Bank Digital Vs Konvensional, Ini Perbedaan dan Karakteristiknya



(Ilustrasi Amar Bank. Foto: Dok istimewa)

Industri film tumbuh positif

Industri film Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif, dengan lebih dari 80 juta penonton sepanjang 2024 dan 35 juta penonton hingga Mei 2025. Pencapaian ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu pasar film terbesar serta mencerminkan antusiasme terhadap karya lokal.

Meski begitu, industri ini masih menghadapi tantangan struktural, seperti penguatan infrastruktur pendukung, ritme kerja berbasis proyek, ketergantungan pada kekayaan intelektual, dan kompleksitas produksi yang memerlukan pendekatan lintas sektor berbeda dari industri konvensional.

Laporan PwC Indonesia dan LPEM FEB UI menunjukkan sebagian besar akses pendanaan masih tersentralisasi pada rumah produksi besar. Kondisi ini mendorong perlunya kebijakan dan kolaborasi baru, termasuk skema pendanaan berbasis IP yang lebih inklusif serta penciptaan nilai dalam industri kreatif.

Di sisi regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui program Infinity 2.0 menetapkan ekonomi kreatif, termasuk industri film sebagai sektor prioritas dalam pengembangan sistem keuangan inovatif. Ini membuka peluang kolaborasi antara pelaku kreatif dan sektor keuangan digital.

Ekosistem untuk dukung industri film

JAFF Market 2025 dinilai sebagai forum yang dapat membuka ruang dengan pelaku industri, serta memetakan kebutuhan riil di lapangan. Fokus Amar Bank adalah menciptakan ekosistem dukungan yang lebih adaptif melalui inovasi berbasis teknologi dan data, serta memperkuat posisi bank sebagai mitra pengembangan ekonomi kreatif.

“Kami melihat potensi besar dalam penerapan sistem penilaian berbasis performa IP, manajemen cash flow proyek, hingga pemanfaatan analitik untuk membantu proses kreatif berjalan lebih efisien dan terukur,” jelas Senior Vice President MSME Amar Bank Josua Sloane.

Saat ini lebih dari 50 persen portofolio difokuskan pada sektor UMKM dan mayoritas dialokasikan ke bidang produktif. Kini Amar Bank mulai menempatkan ekonomi kreatif sebagai fokus berikutnya. Pendekatan yang digunakan mengedepankan pemanfaatan data, teknologi, serta kolaborasi.

“Dengan pendekatan berbasis pemahaman, dukungan teknologi, dan semangat kolaborasi, Amar Bank menunjukkan bahwa dukungan terhadap ekonomi kreatif tak harus seragam. Yang dibutuhkan adalah pendekatan yang relevan, realistis, dan mau tumbuh bersama pelaku industri, khususnya perfilman di Indonesia,” ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)