Ilustrasi produksi kopi PTPN. Foto: dok PTPN.
Ade Hapsari Lestarini • 2 June 2025 18:10
Jakarta: Kopi Arabika hasil bumi Indonesia kian digemari di berbagai negara, mulai dari Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika meski di tengah bayang-bayang tarif resiprokal yang diterapkan negeri Paman Sam tersebut.
Sepanjang kuarter pertama 2025, tercatat sedikitnya 127 ton kopi produksi Java Coffee Estate (JCE) yang merupakan hasil perkebunan kopi yang dikelola melalui kerja sama operasi (KSO) dua sub Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo dan PTPN I SupportingCo kembali mampu menembus berbagai negara tujuan.
Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa mengatakan sejauh ini Inggris menjadi negara importir kopi terbesar dengan total mencapai 54 ribu kilogram (kg) atau senilai Rp6,5 miliar. Disusul Amerika dengan total impor mencapai 36 ribu kg dengan valuasi mencapai Rp4,3 miliar. Saudi Arabia dan Norwegia turut tak ketinggalan dengan mengimpor kopi JCE PTPN dengan total impor kedua negara mencapai 38.400 kilogram atau setara Rp4,5 miliar.
Jatmiko optimistis ekspor kopi dari kawasan Ijen, Bondowoso tersebut terus meningkat seiring peningkatan kualitas mutu ekspor serta adaptasi dalam penerapan sertifikasi berkelanjutan seperti Rainforest Alliance (RA) dan European Union Deforestation Regulation (EUDR).
"Di 2024, kita berhasil membukukan ekspor kopi mencapai 600 ton ke berbagai negara Eropa, Asia, dan Amerika. Insyaallah, di tahun ini kita optimis ekspor kopi Arabika specialty dari JCE akan terus tumbuh dengan dukungan berbagai program strategis, seperti replanting, sertifikasi keberlanjutan, pemanfaatan teknologi, serta adaptasi terhadap regulasi global," kata dalam keterangan tertulis, Senin, 2 Juni 2025.
Komoditas ekspor tersebut turut menggerek pendapatan bersi JCE PTPN dengan catatan laba bersih sebesar Rp6,51 miliar sepanjang Januari-Apri 2025 ini. Sementara hingga akhir tahun ini, Jatmiko menargetkan laba bersih JCE dapat menyentuh angka Rp33,36 miliar, atau meningkat dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp32 miliar.
Untuk mencapai target tersebut, Jatmiko yang memiliki catatan apik dengan sukses mentransformasi PTPN komoditas sawit di Riau hingga mencatat laba tertinggi sepanjang sejarah selama lima tahun berturut-turut itu mengatakan pihaknya akan fokus pada berbagai inisiatif lainnya.
\
Ilustrasi biji kopi. Foto: dok PTPN.
Peremajaan menggunakan bibit unggul
Program intensifikasi melalui peremajaan menggunakan bibit unggul serta penerapan teknologi lebih efesien yang telah dilakukan secara bertahap sejak 2021 hingga 2025 dipercaya terus menjadi tulang punggung utama penguatan dalam meningkatkan produktivitas. Hingga 2024 kemarin, program replanting mencapai 80 persen atau 1.200 ha dari total target total tanaman baru mencapai 1.500 ha.
"Kami sadari keberlanjutan adalah kunci dalam upaya mengembalikan kejayaan legenda kopi Jawa di pasar global. Untuk itu, program replanting ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga membantu memperpanjang siklus produksi kopi di perkebunan," ujar dia.
Dia menambahkan, dengan pendekatan yang lebih modern dan berbasis data, perseroan berupaya agar setiap hektare Java Coffee Estate dikelola secara optimal untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi yang memenuhi standar ekspor. Melalui program
replanting secara berkelanjutan tersebut, ia pun berani memasang target produksi kopi JCE sepanjang 2025 ini mencapai 1.182 ton atau yang tertinggi sepanjang sejarah JCE berdiri.
PTPN IV PalmCo yang memiliki basis usaha komoditas sawit menjawab tantangan Holding Perkebunan Nusantara melalui KSO bersama PTPN I SupportingCo pada 2022 lalu. KSO tersebut mencakup program investasi dan eksploitasi perkebunan kopi seluas 3.530,77 hektare. Dalam program KSO yang berlangsung selama 10 tahun tersebut, PTPN IV PalmCo berkomitmen menanggung 100 persen biaya investasi yang dikeluarkan. KSO PTPN IV PalmCo tidak hanya membawa investasi, melainkan budaya kerja dan pendekatan teknologi informasi yang sepenuhnya berbeda di JCE.
Langkah pertama Jatmiko usai KSO disepakati adalah melakukan pengukuran ulang menggunakan drone berbasis GIS. Langkah itu penting untuk memastikan areal statement produktif dan nonproduktif. Selanjutnya, PTPN IV PalmCo turut memperbaiki pengelolaan budi daya dan peremajaan yang terencana mengacu pada Best Management Practices. Tidak hanya itu, Jatmiko turut memangkas birokrasi yang lebih cepat serta mampu telusur berbasis informasi teknologi, melaksanakan evaluasi biaya kerja yang tersistem, serta restrukturisasi organisasi yang lebih ramping dan cekatan.
Tiga tahun berjalan, perubahan signifikan terjadi di JCE dengan produktivitas yang mencapai 409 kilogram per Ha bagi komoditas
greenbeannserts dan 2.470 kilogram per Ha untuk komoditas kopi Cherry. Lebih jauh, Jatmiko menjelaskan seluruh capaian itu tidak lepas dari dedikasi, kerja keras, dan komitmen dari setiap individu yang telah mendukung penuh transformasi JCE demi mengembalikan legenda kopi Jawa di kancah internasional.
Ia pun turut berpesan agar konsistensi dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip budi daya demi menjaga produktivitas, kualitas, keberlanjutan, serta pelayanan terbaik. "Apa yang telah kita lakukan di sini akan kita jadikan role model. Kita akan tularkan best practices ini ke para petani kopi di Indonesia. Sehingga nantinya tidak hanya JCE dan PTPN saja sejahtera, tapi seluruh petani kopi Indonesia akan merasakan nikmatnya dari hasil bertani kopi ini," ujar dia.