Kebijakan Perdagangan Trump Sulit Bawa Manufaktur AS 'Pulang Kampung'

Ilustrasi industri manufaktur di AS. Foto: Xinhua/Yang Shiyao.

Kebijakan Perdagangan Trump Sulit Bawa Manufaktur AS 'Pulang Kampung'

Husen Miftahudin • 2 June 2025 10:43

New York: Upaya pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengembalikan pekerjaan manufaktur ke AS melalui tarif agresif tidak akan dapat dicapai kembali.
 
"Sebagian besar warga AS tidak mengantre untuk mendapatkan pekerjaan di pabrik, bahkan selama pandemi produsen berjuang untuk mempertahankan pekerja," kata profesor ekonomi di Universitas Northwestern Nancy Qian, dikutip dari Xinhua, Senin, 2 Juni 2025.
 
Senada, Presiden Kamar Dagang Swiss-Tiongkok Robert Wiest menyebut penggunaan tarif untuk menjadikan AS kuat merupakan sebuah 'alat yang sangat kasar'. Pasalnya, kebijakan perdagangan AS tidak produktif dan gagal membuahkan hasil apa pun.
 
"Sebaliknya, kebijakan itu telah menciptakan ketidakpastian dan mengasingkan tidak hanya sekutu tetapi juga mitra dagang penting," sebut dia.
 
Tarif juga menjadi bumerang bagi produsen AS, terutama mereka yang mengandalkan komponen impor. Untuk sepasang sepatu Nike yang memiliki nilai akhir USD40 saat melintasi perbatasan, misalnya, sekitar 40 persen dari nilai tersebut sebenarnya merupakan desain dan inovasi material yang dilakukan di AS.
 
"Jadi, sebesar USD16 dari nilai yang diproduksi di AS juga dikenakan pajak," kata Qian menambahkan.
 

Baca juga: UMKM California Hancur Lebur Gegara Kebijakan Tarif Trump


(Ilustrasi. Foto: Freepik)
 

Sulit pindahkan manufaktur AS yang beroperasi di luar negeri

 
Di luar dampak tarif, para ahli juga menyoroti kontradiksi internal dalam kebijakan industri negara yang lebih luas. Profesor ekonomi politik di University of California San Diego, Victor Shih mengemukakan jika ada subsidi federal dalam jumlah besar kepada industri seperti semikonduktor dan energi hijau dapat kembali ke AS sampai batas tertentu.
 
"Tetapi, pemerintahan Trump saat ini sedang membalikkan subsidi tersebut, yang menambah kontradiksi kebijakan. Perusahaan-perusahaan AS akan memperoleh manfaat lebih baik jika memiliki fleksibilitas untuk memproduksi dan mendapatkan komponen secara global agar tetap kompetitif," sebut dia.
 
Bagi perusahaan AS yang beroperasi di luar negeri, tekanan untuk memindahkan produksi ke dalam negeri semakin meningkat. Di antara lokasi di luar negeri, Tiongkok, yang memiliki infrastruktur dan rantai pasokan yang maju, telah menjadi basis produksi penting bagi barang-barang AS.
 
Namun, tantangan terbesar bagi bisnis AS adalah kebijakan yang tidak dapat diandalkan. "Ketidakpastian tarif yang terus berubah adalah yang paling merugikan (bagi bisnis)," kata Shih mengingatkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)