Sektor Pertambangan Pacu Transisi Energi Bersih Ramah Lingkungan

CEO Arsari Group, Aryo PS Djojohadikusumo. Dokumentasi/ istimewa

Sektor Pertambangan Pacu Transisi Energi Bersih Ramah Lingkungan

Deny Irwanto • 4 June 2025 22:46

Jakarta: PT Arsari Tambang memperkuat komitmen prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) melalui langkah nyata menuju operasi pertambangan lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

CEO Arsari Group, Aryo PS Djojohadikusumo, mengatakan perusahaan telah mencapai tonggak penting dalam transisi energi khususnya dalam pemanfaatan energi terbarukan di lini produksi.

"Jika kita bicara net zero, tentu kita harus bicara soal penggunaan bahan bakar fosil. Dengan bangga saya sampaikan smelter Arsari Tambang kini disuplai 100 persen oleh listrik dari pembangkit energi terbarukan di Pulau Sumatra, seperti panas bumi dari Sarula dan pembangkit hidro di Aceh serta Sumatra Utara," kata Aryo di Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025.
 

Baca: Pengumuman! Sektor Energi dan Mineral RI Butuh 6,2 Juta Tenaga Kerja
 
Aryo menjelaskan meskipun penggunaan energi terbarukan telah tercapai penuh di fasilitas smelter, tantangan masih tersisa terutama pada konversi alat berat yang masih bergantung pada bahan bakar diesel.

Namun dia optimis target net zero secara menyeluruh dapat dicapai dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Saat ini ia memperkirakan progres perusahaan menuju target tersebut telah mencapai 60–70 persen.

"Kalau dibilang 100 persen, apakah kita puas? Tidak. Kita tidak boleh puas," jelasnya.

Tak hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon, Arsari Tambang juga mencetak pencapaian bersejarah dalam upaya rehabilitasi lingkungan. Proyek rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) di Krakas, Bangka Tengah, mencatat tingkat keberhasilan tertinggi dalam sejarah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan tingkat kelangsungan hidup pohon mencapai 91 persen.

"Kami tidak hanya menanam pohon biasa. Kami memilih pohon-pohon produktif seperti jambu mete, cemara udang, dan kayu putih agar bisa memberi manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar," ungkap Aryo.

Menurut Aryo Arsari Tambang menjadi pelopor dalam pemulihan ekosistem laut. Perusahaan ini tercatat sebagai produsen timah pertama di Indonesia yang secara aktif menanam terumbu karang sebagai bagian dari reklamasi tambang laut, khususnya di kawasan Belinyu, Bangka Induk.

Di sektor pasar dan industri, perusahaan juga menunjukkan perkembangan positif. Dengan kapasitas produksi timah solder hingga 2.000 ton per tahun, Arsari Tambang menargetkan omzet minimal Rp1 triliun. Selain memenuhi permintaan ekspor ke Tiongkok, pasar domestik juga menunjukkan pertumbuhan signifikan—terutama dari perusahaan-perusahaan elektronik di Batam, seperti Schneider Electric dan Bolex.

"Yang membuat kami bangga, ternyata potensi pasar dalam negeri juga sangat besar. Bahkan, pabrik Apple tengah menyelesaikan fasilitas mereka di sebelah pabrik kami di Batam. Ini semakin memperkuat ekosistem industri nasional," ujar Aryo.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)