Wachudi Sukardi Nimin, Ketua Rombongan Kloter 24 SOC (Solo). Foto: Metrotvnews.com/Misbahol Munir.
Madinah: Salah satu lorong Hotel Intercontinental Daar al Hijra (113), Sektor 1 Madinah, pecah dengan gelak tawa jemaah haji Indonesia yang tengah makan siang. Tampak suasana penuh canda dan guyub mewarnai rombongan kelompok terbang (Kloter) 24 SOC (Solo) ini.
Wachudi Sukardi, Ketua Rombongan pada Kloter 24 SOC (Solo), bersama dengan hampir 10 orang anggota rombongannya tampak bersila di selasar lorong hotel. Mereka menikmati momen makan siang bersama dengan menu makanan nusantara yang variatif.
Wachudi mengaku puas dengan menu makanan yang disajikan petugas haji Indonesia. Selain tidak membosankan, kata dia menunya sangat cocok dengan lidah orang Indonesia.
"Menunya cocok, malah lebih enak dari yang biasa saya makan sehari-hari. Terima kasih panitia," ujar Wachudi, disambut tawa anggota rombongannya saat berbincang-bincang denga Tim Media Center Haji (MCH), Selasa, 13 Mei 2025.
Pria yang berprofesi sebagai perangkat Desa Dlisen, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang itu mengira bakal mendapat hidangan menu luar negeri karena tengah berada di negara orang. Namun, beruntungnya makanan yang ia santap justru masakan khas nusantara sehingga pas dengan selera lidah jemaah. Termasuk dirinya.
"Ini serasa makan di rumah. Karena menunya Indonesia banget atau ala nusantara banget," ujar pria yang berprofesi sebagai pedagang itu.
Padahal dia dan rombongan jemaah haji SOC ini sudah seminggu berada di Madinah. Mereka benar-benar menikmati menu makan siang dan merasa tak bisa karena menu yang disajikan cukup variatif. Pernyataan Wachudi ini pun diamini orang-orang yang duduk di dekatnya.
Koordinator Layanan Konsumsi sektor 1 Madinah, Djubaidah, menjelaskan bahwa
jemaah haji di Hotel Intercontinental Daar al Hijra ini terbiasa makan bersama di lorong-lorong depan kamar hotel akibat aturan manajemen hotel.
"Di hotel kapasitas ruang makan tidk cukup untuk meletakkan makanan jemaah. Sehingga petugas PPIH dan katering mengangarkan makanan ke masing-masing kamar Karom. Heater milik pihak katering diletakkan di basement hotel, sesuai kebijakan pihak hotel," kata dia.
Djubaidah menjelaskan bahwa proses distribusi makanan dilakukan dengan efektif. Makanan disiapkan oleh pihak katering dan didistribusikan ke masing-masing kamar karom.
"Sejauh ini tidak ada komplain jemaah haji, baik terkait penyajian maupun variasi menu," ujarnya.
Demi menjaga kualitas, makanan dikemas dalam boks. Juga tertera informasi tentang makanan tersebut; makan pagi; makan siang; makan malam dan lengkap dengan informasi waktu mengenai batas akhir makanan dapat dikonsumsi.
Kata Djubaidah, makan pagi didistribusikan pada pukul 05.00-08.00 WAS dengan batas akhir layak dikonsumsi pukul 09.00 WAS.
"Makan siang dibagikan mulai pukul 12.00-14.00 WAS dengan batas akhir konsumsi pukul 16.00 WAS. Sedangkan makan malam dibagikan mulai pukul 17.00-19.00 WAS dengan batas akhir pukul 21.00 WAS," kata dia.
Pihaknya kata dia, selalu membuka satu boks makanan sebagai sampel saat boks-boks makanan datang. Hal ini dilakukan untuk memastikan makanan tidak basi, berbau, dan lauk pauk sesuai dengan rencana menu makanan harian untuk jemaah.
Sementara makanan untuk lansia tidak lagi dibedakan kecuali ada permintaan. Hal ini sudah sesuai dengan hasil evaluasi dari penyelenggaraan layanan konsumsi bagi lansia tahun sebelumnya.
"Biasanya kami menanyakan kepada Karom, biasa ada lansia yang membutuhkan bubur atau menu makanan yang tidak keras. Alhamdulillah pihak katering sangat cepat dalam merespons permintaan kami," kata Djubaidah.
Layanan konsumsi jemaah haji Indonesia meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan ini baik dari segi jumlah, maupun penyajian menu nusantara. Tahun ini, pihak Kementerian Agama RI bekerja sama dengan 55 perusahaan katering di Arab Saudi dalam penyediaan konsumsi jemaah haji Indonesia.
Konsumsi jemaah haji Indonesia diolah dengan bahan dan bumbu asli Nusantara, yang langsung dikirim dari Tanah Air. Tahun ini, kebutuhan bumbu asli Nusantara meningkat menjadi 611 ton, dengan 475 ton bumbu yang didatangkan.
Dengan demikian, jemaah haji Indonesia dapat menikmati menu makanan nusantara yang variatif dan lezat selama berada di Arab Saudi. Layanan konsumsi jemaah haji yang efektif dan efisien membuat jemaah haji dapat fokus pada ibadah mereka.