Ilustrasi bendera negara ASEAN. Foto: Dok MI
M Rodhi Aulia • 6 May 2025 13:00
Jakarta: Tanggal 8 Agustus 1967 menjadi penanda penting dalam sejarah kawasan Asia Tenggara. Di tengah bayang-bayang konflik dan ketegangan pasca-Konfrontasi Indonesia-Malaysia, lima negara di Asia Tenggara memilih jalur diplomasi dan kerja sama.
Dari pertemuan historis di Bangkok, lahirlah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) — organisasi regional yang hingga kini menjadi jangkar stabilitas, pertumbuhan ekonomi, dan perdamaian di kawasan.
Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri Adam Malik, menjadi salah satu aktor utama dalam pembentukan ASEAN. Proses kelahirannya bukan tanpa hambatan — penuh dinamika politik, negosiasi alot, hingga diplomasi informal yang kelak dikenal sebagai “diplomasi kaus olahraga”. Namun tekad para pendiri membuktikan bahwa kerja sama bisa dibangun di atas perbedaan.
Berdasarkan dokumen Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok, organisasi ini dibentuk dengan lima tujuan utama, salah satunya mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional. Negara-negara Asia Tenggara saat itu menghadapi ketidakpastian global dan ketergantungan ekonomi pada kekuatan besar. ASEAN hadir sebagai jawaban kolektif terhadap kondisi itu.
Dikutip dari laman resmi ASEAN, Selasa, 6 Mei 2025, inilah 10 momen penting dan fakta seputar kelahiran ASEAN:
ASEAN lahir dari pertemuan lima Menteri Luar Negeri di Bangkok: Adam Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Mereka menandatangani dokumen berjudul Deklarasi ASEAN di aula utama Departemen Luar Negeri Thailand.
Dokumen ini hanya terdiri dari lima pasal, namun mengandung visi besar: membangun kerja sama ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan teknis demi perdamaian regional.
“ASEAN dapat memanfaatkan potensi yang masih belum dimanfaatkan dari kawasan yang kaya ini melalui tindakan bersatu yang lebih substansial,” tegas Narciso Ramos.
Baca juga: Bertemu Prabowo, Hun Sen Sebut Mereka Video Call dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim
Sebelum penandatanganan, kelima menteri menghabiskan empat hari di Bang Saen, kota pesisir di tenggara Bangkok. Di sinilah diplomasi informal berlangsung—melalui percakapan santai, permainan golf, dan suasana kekeluargaan. Perbedaan pandangan politik dan sejarah diselesaikan lewat pendekatan musyawarah dan keakraban.
“Mereka menyelesaikan perbedaan mereka dengan baik saat mereka mengatur pukulan mereka di lapangan golf dan saling bercanda,” catat laman resmi ASEAN.
Adam Malik memainkan peran sentral dalam membangun ASEAN, terutama setelah meredanya Konfrontasi dengan Malaysia. Ia ditunjuk untuk memperbaiki hubungan luar negeri Indonesia dan membangun kerja sama baru.
“Selama tahun lalu, para Menteri telah bekerja sama untuk mewujudkan gagasan ASEAN, ‘dengan tergesa-gesa dan perlahan, untuk membangun asosiasi baru untuk kerja sama regional,” ujar Adam Malik.
Negara-negara Asia Tenggara kala itu menyadari bahwa ekonomi mereka terfragmentasi dan bergantung pada negara maju. ASEAN lahir sebagai upaya bersama untuk keluar dari ketergantungan tersebut.
“(Masing-masing negara) menghabiskan sumber dayanya yang sedikit dalam upaya yang tumpang tindih... membawa benih kelemahan,” ujar Narciso Ramos.
Sebagai Menteri Pertahanan dan Wakil PM Malaysia, Tun Abdul Razak menekankan pentingnya tanggung jawab kolektif kawasan. Menurutnya, tanpa aksi bersama, kawasan akan terus menjadi objek manipulasi eksternal.
“Kita harus bersatu dan membentuk sendiri perspektif baru... kita tidak dapat bertahan lama sebagai masyarakat yang merdeka tetapi terisolasi,” katanya.
S. Rajaratnam dari Singapura mengingatkan bahwa nasionalisme saja tidak cukup. Negara-negara anggota harus berpikir dalam dua level: nasional dan regional. Pemikiran ini menjadi dasar penting bagi integrasi ekonomi dan budaya ASEAN di masa depan.
“Kita sekarang harus berpikir dalam dua tingkatan... tentang kepentingan nasional dan kepentingan regional,” tegas Rajaratnam.
ASEAN lahir sebagai kelanjutan dari Asosiasi Asia Tenggara (ASA) yang hanya mencakup Malaysia, Thailand, dan Filipina. Ketika Singapura dan Indonesia bergabung, terbentuklah kerangka yang lebih luas dan inklusif.
“Permintaan Singapura dipertimbangkan dengan baik,” ungkap Thanat Khoman, tentang keikutsertaan S. Rajaratnam dalam negosiasi awal.
Dokumen pembentukan ASEAN tak panjang—hanya lima pasal. Namun, ia menjadi fondasi bagi puluhan tahun kerja sama antarnegara Asia Tenggara. Prinsip yang dipegang: saling menghormati, hukum internasional, dan semangat kolektif.
Setelah berdiri, Sekretariat ASEAN kemudian berkedudukan di Jakarta, Indonesia. Ini mencerminkan kepercayaan kawasan terhadap peran diplomatik dan strategis Indonesia dalam menjaga stabilitas dan arah ASEAN ke depan.
Setelah pendirian awal oleh lima negara pada 1967, ASEAN berkembang dengan bergabungnya negara-negara lain:
Brunei Darussalam (7 Januari 1984)
Vietnam (28 Juli 1995)
Laos dan Myanmar (23 Juli 1997)
Kamboja (30 April 1999)
Timor Leste (diberikan status pengamat pada 11 November 2022, secara resmi bergabung pada 7 Mei 2024)
Perluasan ini menunjukkan daya tarik dan kredibilitas ASEAN sebagai organisasi regional.
Lahir dari semangat rekonsiliasi, diplomasi informal, dan rasa tanggung jawab kolektif, ASEAN telah menjelma menjadi salah satu organisasi regional paling stabil dan efektif di dunia. Indonesia tak hanya menjadi salah satu pendiri, tetapi juga penggerak utama yang menjadikan ASEAN sebagai rumah bersama bangsa-bangsa Asia Tenggara — untuk perdamaian, pertumbuhan, dan kemakmuran bersama.