Sebuah kapal yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 5 May 2025 15:21
Valletta: Sebuah kapal yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menjadi sasaran serangan drone di perairan internasional dekat Malta pada Jumat dini hari masih tertahan di laut lepas, menunggu izin untuk berlabuh. Kapal tersebut, bagian dari Freedom Flotilla Coalition, kini mengalami kerusakan serius dan diawaki oleh relawan dari lebih dari 20 negara.
Ismail Songur, kepala Mavi Marmara Freedom and Solidarity Association dan salah satu penumpang kapal, menyatakan bahwa serangan terjadi sekitar pukul 00.15 waktu setempat.
"Kami merasakan guncangan keras seperti tabrakan. Saat naik ke dek, kami melihat api besar dan melihat drone melintas di atas. Tak lama kemudian terjadi ledakan kedua," ungkapnya seperti dikutip Anadolu, Senin 5 Mei 2025.
Kebakaran berlangsung hampir empat jam sebelum berhasil dipadamkan dengan bantuan kapal tunda yang dikerahkan kemudian. Namun, Songur menyebutkan bahwa upaya darurat terhambat akibat sistem komunikasi yang diduga sengaja diblokir.
Menurut Songur, sistem komunikasi darurat seperti internet dan radio tiba-tiba lumpuh tak lama setelah ledakan. Bahkan, sinyal SOS yang dikirim melalui frekuensi radio diklaim ditimpa oleh transmisi palsu yang menyatakan bahwa bantuan tidak diperlukan. Hal ini menyebabkan keterlambatan signifikan dalam respon penyelamatan.
"Tim pemadam tiba berjam-jam kemudian. Kami menduga ini bagian dari upaya sabotase terorganisir,” kata Songur.
Ia juga menuturkan bahwa awak kapal sedang mengumpulkan puing-puing dari dek yang diduga sisa bahan peledak untuk diajukan sebagai bukti ke pengadilan internasional.
Kerusakan berat terjadi di ruang mesin, termasuk kebocoran air ke dalam tangki bahan bakar, membuat kapal tidak lagi layak berlayar.