Achmad Zulfikar Fazli • 16 October 2025 20:58
Kendari: Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimas Islam, Kementerian Agama (Kemenag) menggelar lomba Qasidah Kolaborasi pada ajang Festival Seni Budaya Islam. Kegiatan ini berlangsung di sela-sela pelaksanaan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional XXVIII pada 2025 di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Plt. Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi mengapresiasi semangat dan kreativitas para peserta yang menampilkan karya seni bernuansa Islami dengan penuh makna. Dia memaknai seni dan dakwah harus berjalan beriringan
“Festival ini bukan hanya ajang perlombaan, tetapi ruang ekspresi dan kolaborasi yang memperlihatkan kekayaan budaya Islam di Indonesia. Seni dan dakwah harus berjalan beriringan, saling menguatkan dalam membangun karakter umat,” ujar Zayadi dalam keterangannya, Rabu, 15 Oktober 2025.
Sementara itu, Kasubdit Seni, Budaya, dan Siaran Keagamaan Islam, Wida Sukmawati, menjelaskan para peserta yang tampil di tingkat nasional telah melalui proses seleksi berjenjang. Setiap kabupaten mengirimkan pesertanya ke provinsi untuk dinilai yang terbaik.
“Dari situ, dipilih peserta yang mewakili daerahnya di ajang perlombaan tingkat pusat,” ujar Wida.
Dalam lomba tahun ini, panitia menetapkan empat kategori penilaian utama, yakni vokal (30 persen), aransemen (30 persen), penampilan (20 persen), dan adab (20 persen). Unsur penilaian mencerminkan keseimbangan antara kemampuan teknis dan etika, sehingga peserta tidak hanya dinilai dari keindahan suara, tetapi ketulusan ekspresi dan kesopanan dalam berpenampilan.
Provinsi Jawa Timur meraih juara pertama dalam lomba tersebut. Grup MAN Satoe Voice asal Jawa Timur itu unggul atas peserta dari berbagai provinsi setelah melalui proses penjurian yang ketat oleh dewan juri.
Posisi kedua diraih kelompok Bismillah dari Bali, dan juara ketiga oleh grup Salten asal Banten. Kemudian, Harapan I diraih Hidayatullah Insan dari Kalimantan Tengah.
Panitia juga memberikan penghargaan khusus kepada peserta dengan penampilan kearifan lokal terbaik, yang diraih oleh Sulawesi Tenggara. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas upaya daerah dalam menggabungkan budaya lokal dengan semangat Islam dalam seni pertunjukan.
Lomba Qasidah Kolaborasi pada ajang Festival Seni Budaya Islam/Istimewa
Wida menilai Lomba Qasidah Kolaborasi bukan sekadar ajang adu kemampuan, tetapi juga sarana mempererat ukhuwah Islamiyah antarprovinsi melalui seni.
“Kami ingin menumbuhkan semangat kolaborasi dan melestarikan budaya Islam Indonesia yang kaya warna dan makna,” tutur Wida.
Menurut Wida, festival ini juga menunjukkan bahwa kesenian Islam mampu menjadi ruang interaksi positif dan media dakwah yang sejuk serta kreatif.
“Dengan memadukan unsur modern dan tradisional, peserta tidak hanya menampilkan karya musikal, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam,” ujar Wida.