Petugas berada di lokasi terdampak gempa bumi di Myanmar. (Anadolu Agency)
Mandalay: Sein, anak berumur 13 tahun yang merupakan seorang penyintas gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 di Myanmar, kini menghadapi trauma ganda setelah bencana ini memicu kenangan menyakitkan tentang Topan Mocha yang merengut nyawa ibu dan adiknya dua tahun lalu.
Ketika gempa mengguncang masjid tempatnya beribadah pada salat Jumat terakhir di bulan Ramadan, ayah Sein menyuruhnya tetap tenang dan berdoa.
"Jangan lari keluar, duduk diam. Jika kita akan mati, mari kita mati sambil berdoa,” kata ayahnya seperti diingat Sein, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 8 April 2025.
Kenangan kelam Topan Mocha
Dua tahun sebelumnya, Sein kehilangan ibu yang sedang hamil lima bulan dan adik laki-lakinya saat Topan Mocha melanda Rakhine. "Saya melihat permukaan laut naik dan air membanjiri segalanya. Saya harus berenang untuk melarikan diri," kenangnya.
Gempa terbaru ini menewaskan sedikitnya 3.400 orang dan mengungsi lebih dari tiga juta warga menurut perkiraan PBB. Banyak masjid yang rusak, memaksa jamaah merayakan Idul Fitri dengan sholat di jalanan.
Kendala bantuan kemanusiaan
Upaya bantuan menghadapi tantangan berat akibat kerusakan infrastruktur dan konflik bersenjata yang sedang berlangsung. Kepala kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyatakan situasi di Myanmar "benar-benar putus asa" setelah mengunjungi wilayah terdampak.
Fletcher menambahkan bahwa konflik pasca-kudeta 2021 menciptakan "lingkungan operasi yang sulit" bagi tim PBB. Junta militer dituding memblokir pengiriman bantuan ke daerah-daerah yang dikuasai kelompok pemberontak.
Ketakutan wajib militer
Di tengah upaya pemulihan, ayah Sein mengkhawatirkan kemungkinan putranya direkrut menjadi tentara. Militer Myanmar diketahui bertanya kepada keluarga-keluarga apakah mereka memiliki anggota yang memenuhi syarat untuk wajib militer.
Meski Panglima Militer, Min Aung Hlaing, mengumumkan gencatan senjata tiga minggu untuk pemulihan gempa, laporan menyebutkan bentrokan dengan kelompok milisi anti-pemerintah telah berlanjut. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Korban Tewas Gempa Myanmar Lampaui 3.500, Penyintas Tak Lagi Ditemukan