Ilustrasi mudik. MI/Ramdani
Jakarta: Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyatakan banyak masyarakat memilih untuk tidak melakukan perjalanan mudik Lebaran tahun ini.
Keputusan tersebut dipengaruhi oleh tingginya biaya perjalanan yang terus meningkat, sementara pendapatan masyarakat cenderung stagnan dan tidak mengalami kenaikan signifikan.
Meski masyarakat menerima Tunjangan Hari Raya (THR) atau uang pesangon akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dana tersebut lebih diprioritaskan untuk kebutuhan hidup pasca-Lebaran, bukan untuk keperluan mudik.
"Karena daya beli yang melemah, banyak masyarakat memilih untuk menabung demi memenuhi kebutuhan hidup dalam beberapa bulan ke depan," ujar Esther ungkap Esther dalam webinar Launching Survei Mudik 2024 oleh KedaiKOPI, dikutip Selasa, 15 April 2025.
Menurut survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, diperkirakan terjadi penurunan jumlah pemudik sebesar 24 persen menjadi 146,48 juta orang. Esther menuturkan masyarakat berpikir dua kali untuk mudik. Mereka harus mempertimbangkan biaya transportasi, oleh-oleh hingga uang yang akan diberikan kepada sanak saudara di kampung.
(Ilustrasi mudik. Dok MI/Pius Erlangga)
Ketakutan tersebut tercermin dari penukaran uang baru yang menurun cukup signifikan. Merujuk data Bank Indonesia, pada 2024 penukaran uang mencapai sekitar Rp197 triliun, sementara pada tahun 2025 hanya sekitar Rp180 triliun. Artinya, ada penurunan sebanyak Rp17 triliun.
"Mereka takut mudik dan tercermin dari penukaran uang yang turun signifikan," kata Esther.
Faktor lain yang membuat masyarakat ogah pergi mudik lantaran adanya kontraksi ekonomi yang diakibatkan efisiensi anggaran pemerintah. Sektor bisnis yang biasanya sangat bergantung pada tender-tender pemerintah mengalami penurunan aktivitas.
"Dampaknya terasa ke masyarakat, karena pendapatan mereka ikut menurun. Kita harus akui orang takut mudik karena adanya kontraksi ekonomi akibat relokasi anggaran pemerintah," imbuhnya.
Peningkatan biaya mudik
Dalam kesempatan sama, Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI Ibnu Dwi Cahyo memaparkan berdasarkan Survei Mudik 2025, 59,9 persen responden menyatakan adanya peningkatan biaya transportasi pada mudik Lebaran tahun ini.
Lalu, 57,5 persen merasa biaya kebutuhan kuliner di daerah mudik juga melonjak. Kemudian, 54,3 persen responden menyebut adanya peningkatan biaya konsumsi di perjalanan mudik, 52,7 persen mengaku ada lonjakan biaya mengunjungi tempat wisata, dan 53,1 persen responden mengaku pemberian THR kepada kerabat juga naik.
"Jadi, sebanyak 59,9 persen responden merasa biaya transportasi semakin naik dibandingkan tahun lalu," jelas Ibnu.
Pihaknya juga mencatat sebanyak 22,5 persen pengeluaran pemudik untuk belanja THR, 21,8 persen untuk transportasi, 14,2 persen untuk konsumsi, 9,9 persen biaya untuk kuliner dan lainnya. Sementara 92,5 persen pemudik memilih makanan khas daerah sebagai oleh-oleh.
Survei Mudik 2025 oleh KedaiKOPI dilaksanakan pada 2-8 April 2025 terhadap 1062 responden yang melaksanakan mudik. Pengisian kuesioner dilakukan dengan metode Computerized Assisted Self Interview (CASI), yang mana responden mengisi secara independent link kuesioner yang disebarkan via media sosial.